Kampung Pemulihan (3) : Kepemimpinan Lokal Oleh Pdt Elifas Maspaitella, Sekum Sinode GPM

oleh
oleh
Pendeta Elifas Maspaitella, Sekum MPH Sinode GPM. FOTO : DOK. PRIBADI

ASPEK penting berikutnya dari KP adalah kepemimpinan. Pada bagian terdahulu, dalam upaya menghentikan stigma, kemunculan pemimpin lokal menjadi salah satu faktor penting dalam proses mewujudkan komunitas/kampung pemulihan. Pemimpin lokal itu ada, lahir dan terbentuk di dalam komunitasnya. Menurut beberapa sosiolog, seperti Max Weber, mereka memiliki kharisma sebab itu mereka menjadi sosok yang representatif. Mudah diterima, komunikatif, visioner, dan membimbing masyarakat untuk mencapai tujuan bersama, sebagai cita-cita dasar terbentuknya suatu komunitas/organisasi sosial.

BACA JUGA OPINI  : Kampung Pemulihan : Menghapus Stigma Oleh : Pdt Elifas Maspaitella, Sekum Sinode GPM

Di setiap komunitas, misalnya di Maluku, pemimpin-pemimpin lokal itu ada dalam pranata adat, keagamaan dan pendidikan. Saya pernah menulis sebuah Tesis tentang Tiga Batu Tungku, dan sampai saat ini pranata sosial ini masih ada dan berfungsi efektif dalam mendorong masyarakat mencapai tujuan bersama. Hubungan di antara elemen kepemimpinan negeri, agama dan pendidikan, pada masa pandemik ini harus dijadikan kekuatan membangun KP. Sebab skema KP itu terbagi atas tiga (Webster Zambara, 2015:9), yakni Komunitas Penyembuh (healing community), Pemberdayaan Komunitas (Community empowerment) dan Pembangunan Berkelanjutan (sustainable development).

Dalam konteks pandemik, kesehatan menjadi pintu masuk untuk membangun KP. Namun kesehatan bukan faktor tunggal yang berdiri lepas dari asumsi-asumsi dan kondisi-kondisi yang lain. Karena itu, pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk membentuk ketangguhan atau kemandirian di bidang kesehatan, tetapi juga ketangguhan ekonomi yang memiliki korelasi dengan pembangunan berkelanjutan. Dalam konteks KP, ketangguhan ekonomi sangat bergantung pula pada pembangunan spiritual dan kultural sebagai proses terukur mewujudkan pemulihan jiwa (membebaskan orang dari trauma/penderitaan). Jadi KP tidak dilakukan bukan untuk person yang sakit/menderita, melainkan kepada masyarakat sebagai tempat di mana person itu hidup. Maka person itu sembuh, masyarakat mandiri.

BACA JUGA :  Hore! Hasil Swab Negatif, 19 Warga Karantina LPMP Pulang

Dalam rangka itu, para pemimpin lokal, dalam hal ini Raja/Kepala Desa/Lurah, Pendeta/Imam, Pendidik perlu menjadi pilar-pilar yang mengokohkan bangunan KP itu. Mereka diharapkan mampu berkolaborasi secara sinergik dan meningkatkan relasi antarinstitusi supaya bisa membagi ruang tanggungjawab dalam menjaga komunitasnya menjadi komunitas yang memulihkan semua orang.

Aktifitas edukasi/literasi, pembinaan umat, pembinaan spiritualitas, pembangunan sektor ekonomi harus diwujudkan dalam satu kebijakan strategis bersama. Jadi seluruh perhatian tidak ditumpahkan hanya untuk Covid-19 tetapi aktifitas sosial, spiritual dan ekonomi yang membuat dalam masa ini atau pun pasca pandemik ini masyarakat telah terbiasa dengan aktifitas membangun diri dan lingkungan, dan para pemimpin tetap menjadi sosok representatif yang diandalkan dalam menanggulangi berbagai bentuk perubahan sosial yang terjadi.

(bersambung)

No More Posts Available.

No more pages to load.