PERUATI Maluku Berbagi Sagu

oleh
oleh
Persekutuan Perempuan Berpendidikan Teologi (PERUATI) Maluku berbagi kasih, Rabu (27/5/2020).

PEREMPUAN-perempuan itu menerobos subuh. Berseragam oranye, di tangan mereka ada sapu lidi dan karung serta serokan. Pagi-pagi benar mereka telah bekerja, mungkin tanpa minum teh. Mereka bekerja dengan tekun, tak lama berselang jalanan di kota Ambon bersih dan indah. Mereka adalah pahlawan-pahlawan yang membawa Kota Ambon memperoleh Adipura berkali-kali.

Kepada perempuan-perempuan itu yakni para penyapu jalan di Kota Ambon, Persekutuan Perempuan Berpendidikan Teologi (PERUATI) Maluku berbagi kasih. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka syukur hari ulang tahun ke-25 Peruati yang jatuh pada tanggal 26 Mei 2020 kemarin. Sagu kering yang telah diolah, kacang tanah, kacang ijo, gula pasir dan susu kental manis, paket bantuan ini dibagi kepada para penyapu jalan di Kota Ambon.

Jumlahnya ada 700 paket dan dibagi kepada seluruh penyapu jalan, perempuan maupun laki-laki. “Di tengah pandemik kovid 19 ini, kami berbagi dengan para perempuan, khususnya para penyapu jalan. Mereka berjasa bagi kota ini, tanpa mereka kota ini tidak bersih,” ungkap Pendeta Lenny Talakua-Tuhusula, M.Th, Ketua Pengurus Peruati Daerah Maluku.

Pagi ini, Rabu, (27/5/2020) bertempat di depan Kantor Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) para pengurus dan anggota Peruati Maluku berkumpul untuk mendistribusikan bantuan tersebut. Mereka mengenakan baju cele khas Maluku. Di antara mereka ada Pendeta Nova Nahusona-Mailoa, Pdt Nona Wattimury-Sahilatua, Pdt Lana Latturiuw-Horhoruw, Pdt Moren Ferdinandus, Pdt Ella Effendy, Pdt Jois Fabeat, Pdt Senda Pietersz dan Pdt Ruth Saiya.

Para perempuan berpedidikan teologi ini menunjukan kepedulian di tengah pandemi kovid 19 saat ini. “Mari katong hadapi Covid 19 dengan mempersiapkan sagu sebagai pilihan pangan lokal orang Maluku,” demikian tulisan di spanduk di pasang di depan mobil yang akan membawa bantuan tersebut.  Tulisan ini menegaskan kemitmen Peruati Maluku untuk mempromosikan pangan lokal. “Kami menghimbau agar kita kembali ke pangan lokal” ungkap Pendeta Nova Nahusona-Mailoa, yang sebelumnya telah menggerakan penjualan sagu hasil olahan ibu-ibu dari pulau Saparua Maluku Tengah.

BACA JUGA :  Kantor Bahasa : Warga Maluku Junjung Tinggi Penggunaan Bahasa Indonesia

Pagi ini udara cukup cerah. Para penyapu jalan itu tetap setia menjalankan ibadahnya berupa membersihkan setiap sudut jalan kota Ambon. Lalu ada solidaritas perempuan berpendidikan teologi berbagi kasih dengan mereka. Berbagi sagu, pangan lokal warisan leluhur Maluku. Sagu yang putih seputih hati yang penuh kasih, walau diluarnya penuh duri. Seorang perempuan pendeta Maluku mengabadikan nuansa dalam lagu “Bagilah Sagumu”.

Saya akhiri reportase ini dengan mengutip syair lagu yang ditulis Pdt Sonya Parera-Hummel dalam Nyanyian GPM nomor 295, “Bagilah sagumu dengan yang lapar. Kenakan baju buat yang telanjang. Hiburlah mereka yang berduka. Brilah tumpangan bagi pengungsi. Semangati yang berputus asa. Kuatkan mereka yang lemah. Jamahlah mereka yang terluka, bantulah mereka yang tertindas”. Dirgahayu Peruati. Tajam menatap, peka merasakan, berani bertindak. (Rudy Rahabeat, Kontributor Terasmaluku.com).

No More Posts Available.

No more pages to load.