Menghadapi Hidup Broken Home Oleh : Paul Jalvins Solissa, Pendeta GPM

oleh
oleh

Menurut BKKBN (dalam Sunarti, 2001), pada dasarnya setiap manusia memiliki keluarga yang di dalamnya terdiri dari salah satu komposisi berikut ini: suami-istri; suami-istri dan anaknya; ayah dan anaknya; atau ibu dan anaknya. Menurut Bussard dan Ball (1966) keluarga merupakan lingkungan sosial yang dekat hubungannya dengan seseorang. Sedangkan menurut WHO, keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi dan perkawinan.

Jadi, dapat dikatakan bahwa keluarga adalah sebuah lingkungan sosial dimana setiap individunya terikat satu dengan yang lain, entah melalui hubungan/pertalian darah, adopsi, perkawinan pun keterikatan emosi, budaya, agama dan teritorial. Dengan begitulah maka mereka memiliki saling ketergantungan satu dengan yang lain. Ketergantungan inilah yang pada akhirnya dapat membuat keluarga memiliki masa depan yang baik tetapi juga dapat menyebabkan kehancuran keluarga itu sendiri.

Istilah “broken home” biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang berantakan akibat orang tua tidak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di rumah. Orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya, baik masalah di rumah, sekolah, sampai pada perkembangan pergaulan anak-anaknya di masyarakat. Namun, broken home dapat juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian.

Dapat dikatakan bahwa keluarga Broken home adalah keluarga yang tidak normal. Hal tersebut menyebabkan fungsi dari keluarga tidak bejalan dengan baik. Keadaan keluarga yang kurang menguntungkan dapat menyebabkan terganggunya perkembangan remaja yang dapat menimpulkan kenakalan remaja dan gangguan psikologis seperti stress, kecemasan dan depresi.

BACA JUGA :  Pencarian Pesawat Yang HilangDi Papua Di Lanjutkan Sabtu Siang

Beberapa Dampak Broken Home Kepada Anak (Pemuda)
Beberapa dampak yang muncul dari seseorang yang mengalami Broken Home antara lain :

1. Academic Problem atau masalah dalam berprestasi.
2. Behavioural Problem atau masalah dalam perilaku.
3. Sexual Problem atau permasalahan seksual yang menyimpang.
4. Spiritual Problem atau masalah yang berkaitan dengan spirit kerohaniaan.

Dari segi kejiwaan (psikologis), seseorang yang mengalami Broken Home akan berakibat :

1. Broken Heart atau patah hati.
2. Broken Relation atau rusaknya relasi.
3. Broken Values atau degradasi nilai-nilai hidup.

Cara Menghadapi hidup Broken Home sebagai Anak Muda

1. Belajar Menerima Kenyataan.
2. Tetap Optimis.
3. Fokus Pada Impian dan Cita-Cita.
4. Berpikir Positif.
5. Mencoba Hal-Hal Baru.
6. Berdoa dan bersyukur
7. Cari Tempat Berbagi.

Kita bisa terlahir di tengah-tengah keluarga yang broken home, tetapi kita tidak boleh hidup sebagai orang-orang yang broken heart.

No More Posts Available.

No more pages to load.