18 Tahun Yayasan Arika Mahina :  Mengimpikan Generasi Berkualitas di Masa Pandemi

oleh
oleh
Yayasan Arika Mahina selaku lembaga yang konsern dengan isu anak dan perempuan, dalam memaknai ulang tahunnya yang ke-18 menggelar webinar dengan topik : "Mengimpikan Generasi Berkualitas Di Masa Pandemi" Kamis (8/10/2020).FOTO : Tangkapan layar

TERASMALUKU.COM,-AMBON-Saat ini kita menyaksikan dan turut mengalami proses belajar anak dan pemuda, kerentanan mereka terhadap situasi pandemi, kerentanan terhadap tindakan eksploitatif serta tindak kekerasan yang sewaktu–waktu bisa mengancam hidup mereka.

Yayasan Arika Mahina selaku lembaga yang konsern dengan isu anak dan perempuan, dalam memaknai ulang tahunnya yang ke-18 menggelar webinar dengan topik : “Mengimpikan Generasi Berkualitas Di Masa Pandemi” Kamis (8/10/2020).

Demikian catatan pemuka Ruth Saiya, selaku Direktur Yayasan Arika Mahina dengan menghadirkan narasumber Ir Maris Hetharie dan Dr Lies Marantika-Mailoa, direktur Yayasan Gasira yang juga aktivis gerakan perempuan.

Turut memberi sambutan Ina Soselissa, pendiri Arika Mahina yang sekarang bermukim di Negeri Belanda. Dalam sambutan singkatnya dari negeri Belanda, Soselissa menyebutkan bahwa Arika Mahina 18 tahun yang lalu dibentuk dalam kondisi yang terbatas namun dengan visi dan semangat yang besar untuk membangun masyarakat, khususnya bagi perempuan dan anak di kota Ambon. “Kita meletakan nilai-nilai kejujuran, kebersamaan, kekeluargaan dan profesionalisme dalam kerja-kerja pemberdayaan masyarakat” ungkap alumni magister resolusi konflik UGM ini.

Selanjutnya, menurut Hetharie masalah kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting sekali. “Kontribusi SDM berkualitas bagi kemajuan sebuah bangsa itu 80 persen, sedang SDA hanya 20 persen,” ungkap Ketua Koalisi Pendudukan Indonesia Daerah Maluku.

Secara khusus ia memberi aksentuasi bagi kualitas SDM remaja perempuan. Baginya perempuan pada umumnya dan remaja perempuan pada khususnya cukup rentan. Oleh sebab itu mereka perlu mendapat perhatian utama, baik dari keluarga, lembaga sosial termasuk keagamaan, dan tentu saja negara.

Hal senada ditegaskan oleh Lies Marantika-Mailoa. Ia menyebutkan bahwa manusia tidak hanya perlu makan dan minum, tetapi juga soal keadilan, bebas dari kekerasan dan akses untuk kesejahteraan. Pendiri Yayasan Gasira yang bergerak pada isu kekerasan terhadap perempuan dan anak ini mengajak pemerintah dan seluruh komponen masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan generasi yang berkualitas.

BACA JUGA :  Masih PSBB, Mahasiswa IAIN Unjuk Rasa Minta UKT 50 Persen

Rahmat, salah satu peserta Pare-Pare, menyebutkan tingkat kekerasan terhadap perempuan masih sangat tinggi. Olehnya dibutuhkan dukungan semua stakeholder untuk menghindari masalah ini, apalagi di masa pandemic. Peserta lainnya, Titis dari Nusa Tenggara Barat, melihat keterbatasan informasi dan akses berdampak pada angka kekerasan terhadap perempuan. Pendeta Ocha Parera-Talabessy, Kepala Biro Anak dan Perempuan Gereja Protestan Maluku menyampaikan pendapat bahwa peran keluarga dan lembaga agama sangat penting dan strategis untuk melindungi anak dan perempuan, termasuk untuk mewujudkan generasi yang berkualitas.

Webinar ini merupakan salah satu wujud kontribusi edukatif Yayasan Arika Mahina kepada publik, termasuk merajut relasi dan interaksi dengan para aktivis dan stakeholders dalam komitmen bersama membangun masa depan yang lebih baik. (Rudy Rahabeat, Kontributor Terasmaluku.com).

No More Posts Available.

No more pages to load.