Dengan bersyukur kepada Tuhan, perhelatan akbar Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM) melalui Kongres XXIX yang berlangsung di Daerah Pulau Ambon Utara telah berakhir (25-28 Oktober 2020). Karena pandemi Covid 19, mekanisme sidang-sidang dalam Kongres ini berubah total, dan berlangsung secara virtual di 7 spot. Banyak produk organisasi yang penting sudah diputuskan. Seperti biasanya magnit dari perhelatan itu tertuju kepada siapa “dwi-tunggal” yang terpilih menahkodai arumbae PB AMGPM, dan pengurus lainnya hasil kerja tim formatur.
Untuk masa bakti 2020-2025, Kongres XXIX telah mempercayakan Sdr. Melkianus Eky Sairdekut sebagai Ketua Umum dan Pdt. Richard Ichad Resley sebagai Sekretaris Umum untuk menakhodai arumbae PB AMGPM. Diskursus atau “polemik” di awal pelaksanaan Kongres diakhiri dengan kebesaran hati semua peserta/kader. Begitulah dinamika berorganisasi.
Sebagai “dwi-tunggal”, keduanya adalah kader AMGPM dan tentu telah teruji. Namun ujian yang sesungguhnya bukan terletak pada siapa sosok yang menakhodai organisasi ini. Konsolidasi organisasi secara internal adalah ujian pertama. Bagaimana menyatukan keragaman potensi kepengurusan PB menjadi padu. Dalam hal ini kolektif-kolegial menjadi ciri kepemimpinan gerejawi yang harus dijaga agar tidak muncul sikap superioritas satu atas yang lain.
Ujian berikutnya adalah menjaga agar AMGPM tetap berada pada rel panggilannya. Sebagai satu-satunya wadah pembinaan pemuda gereja, panggilan utama AMGPM adalah membina dan membentuk kader. Bukan sekedar kader yang berkiprah di bidang politik dan pemerintahan. Tetapi terutama kader yang berkiprah di dalam gereja dan masyarakat; kader yang melayani sesama sebagai cara AMGPM menjawab panggilan pengutusannya. Untuk maksud itu, Kurikulum Pendidikan Kader adalah instrumen yang penting, tetapi bukan satu-satunya. Kita butuh soliditas dan daya juang untuk merecovery dan merekonstruksi sikap/perilaku warga/kader AMGPM secara fundamental. Setiap saat kita menyebutnya sebagai spiritualitas.
Waktu adalah ujian kehidupan yang paling kejam. Di dalam siklus waktu itu kesetiaan kita sebagai gereja dan AMGPM diuji. Masihkah kita setia pada panggilan kita? Benarlah kata pepatah Latin: “waktu berubah dan kitapun berubah di dalamnya”. Sekarang ini kita jumpai banyak warga AMGPM nyaris tidak mampu (lagi) menjaga kepribadiannya; karakter kekristenannya. Tak salah jika Denzel Washington dalam film The International berkata: “Kepribadian, karakter, lebih mudah dijaga daripada ditemukan kembali”. Kepribadian, karakter kekristenan dari warga AMGPM akan terus terjaga, jika kita terus-menerus terikat pada Yesus dan melakukan kehendak-Nya. Pendidikan Kader, pelayanan, pembinaan dan pendampingan yang tak kenal lelah adalah cara untuk menjaga dan merawat karakter warga AMGPM agar tetap waras dan siuman, di tengah dunia yang terus berubah dan bergolak.
Tuhan Yesus tidak pernah salah mengenali dan mempercayakan kepada seseorang (atau sekelompok orang) tanggung jawab tertentu, untuk berdiri menantang badai dalam ujian waktu ini. Pengenalan Allah dan kepercayaan warga/kader AMGPM akan sosok, kepribadian dan pengalaman Sdr. Melkianus Sairdekut dan Pdt. Richard Resley, dkk, adalah “energi positif” untuk melanjutkan (bila perlu meningkatkan) capaian yang telah dicapai selama kepemimpinan Pdt. Max Takaria dan Pdt. Jondry Paays, dkk (2015 – 2020), di tengah perubahan-perubahan besar yang terus terjadi.
Tidak berlebihan, jika seluruh kader menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Pdt. Max Takaria dan Pdt. Jondry Paays, dkk PB AMGPM Periode 2015-2020 atas kepercayaan yang telah ditunaikan.
Terima kasih juga patut disampaikan kepada Panitia Pelaksana Kongres XXIX AMGPM bersama para relawan, PD AMGPM Pulau Ambon Utara bersama semua kader dan Klasis GPM Pulau Ambon Utara bersama semua umat atas tanggung jawab yang telah dipikul.
Kiranya Sdr. Melkianus Eky Sairdekut dan Pdt. Richard Resley, dkk, selalu dikuatkan dan “dikeku” untuk menjalani ujian waktu ini bersama AMGPM: “tetap menjadi GARda TEDU atau tersapu dalam lintasan waktu”. Waktu juga yang akan menjawabnya.
Terhadap ujian itu, pilihan kita tidak lain dari: tetaplah menjadi GARda TEDU, apapun keadaan dan waktunya. Dengan demikian kita dengan bangga akan berkata: Laus Deo! Terpujilah Tuhan!