Doktor HC Letjen TNI Doni Monardo, Selarik Kisah yang Terpendam

by
Ketua Satgas Covid 19 Doni Monardo. FOTO : HUMAS BNPB

Benar saja, setelah menjabat Pangdam III/Siliwangi, Doni Monardo langsung menangani Citarum.

“Sejak masuk langsung bekerja. Tidak kenal tanggal merah. Sabtu-Minggu dan hari libur nasional kami tetap diperintahkan bekerja. Pak Doni mengundang semua pihak untuk datang. Selama 40 hari terus menerus, beliau mengundang para pihak hanya untuk didengar masukan-masukannya seputar Ciliwung. Pak Doni hanya menjadi pendengar yang baik,” tambahnya.

Pada saat itu, program penanggulangan pencemaran sungai Citarum sebenarnya sudah ada, tetapi terus terang, tidak optimal, bahkan kemudian dilansir media internasional, yang menyebutkan bahwa Sungai Citarum menjadi salah satu sungai terkotor di dunia. “Konsep awal pak Doni mengatasi Citarum adalah melibatkan semua orang. Mengajak semua pihak, dan itu yang beliau jalankan secara konsisten,” ujar Yudi.

Apa yang dilakukan Doni, dinilai Yudi sebagai sebuah tindakan menyatukan hati dalam satu komando. “Istilah ‘satu komando’ sangat sering saya dengar. Bedanya, pak Doni benar-benar melaksanakan di lapangan. Ia menyatukan hati semua pihak dalam satu komando,” kata Yudi pula.

Berbekal masukan berbagai pihak, Doni pun mendapat gambaran secara utuh. Semua disentuh hatinya oleh Doni dengan rasa keprihatinan serta kesadaran yang mendasar bahwa Sungai Citarum harus diselamatkan secara bersama-sama. “Jadi, yang namanya sinergi tidak hanya lip service atau hanya tulisan di atas kertas, tapi diwujudnyatakan dalam praktek sehari-hari,” tegasnya.

Yudi Zanibar menambahkan, “Sebagai pamen di Kodam III/Siliwangi, saya ditugaskan menjadi Komandan Sektor 6. Saya dan prajurit ditugaskan tidur bersama masyarakat di sektor yang kami bina. Kami meninggalkan keluarga untuk hidup bersama masyarakat di bantaran sungai. Menyelami kehidupan sehari-hari mereka.  Menyelami sikap dan pola pikir mereka terhadap keberadaan Citarum, lalu bersama-sama mengajak berubah. Pak Doni menyebutnya perubahan perilaku. Awalnya dari yang membuang sampah terang-terangan, menjadi buang sampah sembunyi-sembunyi. Kemudian dari yang buang sampah sembunyi-sembunyi, menjadi malu untuk membuang sampah ke sungai. Dari rasa malu membuang sampah ke sungai, lama-lama tergerak hatinya untuk ikut menjaga kebersihan sungai Citarum,” papar Yudi.

BACA JUGA :  Puluhan Penyelam Cari Warga Amerika Yang Hilang di Perairan Amahusu

BACA SELANJUTNYA

No More Posts Available.

No more pages to load.