Menjelang perhelatan Konferda ke-7 AMGPM Tanimbar Selatan digelar diskusi panel bertajuk “peranan pemuda dalam pengembangan blok masela” dengan menghadirkan sejumlah tokoh Maluku di kancah nasional, diantaranya Bung Febry Calvin Tetelepta (Deputi 1 KSP), Bung Hendrik Lewerissa dan Usi Mercy Barends (Anggota DPR RI) bersama Bpk. Petrus Fatlolon (Bupati Kepulauan Tanimbar), Jaflaun Batlayeri (Ketua DPRD Kepulauan Tanimbar dan Bung Eky Sairdekut (Ketua PB AMGPM) bertempat di Gedung Gereja Ebenhaezer Saumlaki.
Sebagai pembicara pertama, Lewerissa mengulangi penegesan Presiden Joko Widodo terkait dengan pengoperasian blok masela bahwa “Saya mengingatkan bahwa tenaga kerja dalam pengembangan blok Masela harus memberi kesempatan kepada tenaga kerja lokal dan indonesia sebanyak-banyaknya”
Sembari ia menegaskan bahwa amanat presiden ini harus terimplementasi dalam berbagai polose atau regulasi termasuk skenario implementatif dari pusat hingga ke daerah, terkhusus kabupaten kepulauan tanimbar.
Hal mana dimaksudkan salah satu nampak dalam penyiapan sumber daya manusia ke arah itu. Apalagi dalam perspektif koorporasi selalu menginginkan kapasitas tenaga kerja yang mumpuni dengan ketrampilan dan skill yang baik dalam pengembangan blok migas abadi itu. Ia juga mengingatkan peranan pemuda dalam membangun kekuatan masyarakat sipil (social society) sebagai kekuatan pengontrol pengembangannya.
Bu Febry Tetelepta mengurai dengan sangat baik pengembangan blok masela ini. Penetapan pengelolaan secara On Shore atau di darat ini pengerjaan konstruksinya akan dimulai di tahun 2022 hingga 2027 yang menelan ribuan tenaga kerja dan pengoperasiannya tahun 2027 hingga 2055.
Untuk maksud itu sembari menegaskan pernyataan presiden terkait dengan tenaga kerja lokal, ia berharap pemerintah dan pemuda mempunyai peranan untuk penyiapan sumber daya tersebut. Jangan sampai tenaga kerja dari luar yang menguasai seluruh pengembangan blok masela. Apalagi pengoperasian blok migas ini tepat berada di atas tanah tanimbar.
“Saya tidak mau masyarakat tanimbar menjadi penonton di atas tanahnya sendiri. Blok ini harus dilihat sebagai peluang berkat yang mensejahteraan masyarakat” ungkap Deputi I yang membidangi infrastruktur dan investasi ini.
Pada sisi yang lain Mercy Barends menjelaskan tentang posisi kepulauan Tanimbar sesuai dengan regulasi adalah sebagai “daerah kerja” dan bukan “daerah penghasil”. Posisi ini sesungguhnya sangat berdampak signifikan bagi berbagai hal, termasuk perjuangan kepulauan tanimbar untuk mendapat presentasi PI 10 % dari pengembangan blok migas ini.
Fatlolon sebagai Bupati kepulauan Tanimbar mengungkapkan bahwa ada tiga peluang besar yang harus disambut, disiapkan dan diperjuangkan oleh tanimbar yaitu ada deviden atau bagi hasil yang harus diterima oleh daerah; ada pemberian participating interest (PI); dan akan ada banyak multi player effect dari pengembangan blok migas ini.
Pada titik ini, sebagai pemerintah ia berharap ada sinergisitas bersama dan dukungan kuat dari pemuda tanimbar termasuk angkatan muda untuk mempersiapkan diri sedini mungkin. Kita tidak dapat bekerja parsial, tetapi harus terintegrasi sebab blok ini berdiri di atas tanah tanimbar dan kita harus sejahtera.
Pengembangan blok migas ini tentu akan memberikan tantangan dan resiko besar semisal perubahan lingkungan baik hutan dan laut termasuk sampah dan limbah; pergeseran kependudukan dan politik cultural dengan masuknya banyak orang; perubahan sosial yang mengarah pada kesenjangan; benturan budaya lokal yang sangat mungkin bergeser maupun sumber daya manusia.
Sementara dalam fungsi legislatif di daerah, Batlajery memastikan bahwa sudah mengagendakan pembuatan berbagai rancangan peraturan daerah untuk memproteksi masyarakat lokal dalam menghadapi pengembangan blok masela tersebut.
Di penghujung dialog yang berlangsung sekitar 5 jam ini, Eky Sairdekut sebagai ketua umum pengurus besar AMGPM mengharapkan seluruh percakapan yang terbangun dalam study meeting dengan tema menarik ini harus terdistribusi dalam berbagai keputusan konferensi daerah ke 7 nanti, jangan hanya terkosentrasi pada pemilihan pemimpin daerah ini.
Sebagai pemuda di tanimbar kami melihat pengembangan blok migas abadi masela ini akan menjadi peluang besar bagi peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat tanimbar jika skenario yang terdesain sebagai upaya sengaja sudah, sedang dan akan dilakukan ke depan terus digalakan.
Karena itu, geliat kepemudaan AMGPM khusus di Tanimbar adalah upaya organisasi kepemudaan untuk memberikan perspektif sekaligus posisi kader di tanimbar selatan sebab keberadaan blok migas ini adalah anugerah Tuhan yang dapat membawa berkat bagi Tanimbar, Maluku, Indonesia maupun Dunia.
Rumah Tua Doulos, Ahad Subuh