TERASMALUKU.COM,-AMBON-Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Maluku, Henri Far Far mengutarakan, Bulan Peringatan Risiko Bencana (PRB) sangat penting dilakukan untuk membentuk kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana alam yang sewaktu-waktu bisa terjadi di Maluku.
Apalagi jika dirilik dari sejarah, bencana alam seperti gempabumi dan tsunami pernah melanda Maluku yang dikenal dengan bahaya Seram terjadi tahun 1889 dan secara ilmiah bencana alam juga memiliki siklus.
Bahkan hasil kajian terbaru, ada 14 jenis ancaman bencana alam yang bisa terjadi di Maluku sewaktu-waktu termasuk gemabumi dan tsunami.
Melalui PRB ini, BPBD Maluku menggandeng Badan Riset dan Inovasi (BRIN) dan Brunel University London dan juga BNPB gekar Table Top Exercise (TTX) gempabumi dan tsunami yang dilangsungkan dua hari hingga Sabtu sejak Jumat kemarin dan diikuti stakeholder terkait.
“Pentingnya peringatan PRB ini bagi Maluku karena Maluku selain memiliki kekayaan dan keindahan yang ada, tapi juga miliki potensi ancaman bencana alam,”kata Henri Sabtu (1610/2021) diakhir pelaksanaan TTX di Ambon.
Yang mana pada hari kedua TTX, dilakukan briefing tugas pelaku TTX, simulasi gladi ruang.
“Ini adalah modal dan investasi bagi kita semua dan akan kita bagi kepada masyarakat, kalau bencana ini adalah sebuah ancaman besar bagi kita dan kita harus siap diperhadapkan dengan bencana alam,”ujarnya.
Untuk menghadapi segala potensi bencana itu bukan perkara mudah yang bisa ditangani satu pihak saja, tetapi menjadi tanggungjawab bersama.
“Pada kesempatan ini kita melakukan gladi ruang untuk membekali diri kita dan kita bisa menyampaikan ini kepada masyarakat sehingga pada saat kondisi itu terjadi masyarakat tahu apa yang harus dilakukan,”sambungnya.
Sehingga kesadaran diri atas potensi dan ancaman bencana sangat diperlukan agar ketika bencana terjadi semua pihak sudah mengetahui apa yang harus dilakukan, baik dari sisi pemerintah maupun pihak-pihak terkait lainnya hingga masyarakat.
“Melalui kegiatan TTX ini, sangat membantu BPBD dan semua pihak terkait yang terlibat dalam kegiatan selama dua hari ini tersebut agar dapat menjalankan tugas dengan baik dalam hal penanggulangan bencana,”imbuhnya.
Perencaaan kontigensi (renkon) penanggulangan bencana diharapkan menjadi dokumen bagi Pemda Maluku dalam rangka menghadapi kemungkinan-kemungkinan gempabumi dan tsunami.
“Pada saat terjadi gempa dan Tsunami renkon akan kami tingkatkan menjadi rencana operasional. Oleh sebab itu maka BPBD selaku leading sektor utama yang akan memberikan seluruh koordinasi dan komunikasi,”kata Henri lebih lanjut.
Terkait dengan penanganan bencana di Maluku ini juga, setiap tahunnya dilakukan edukasi, sosialisasi, bimtek sampai pembentukan Destana atau Desa Tangguh Bencana sebagai modal bagi masyarakat menghadapi ancaman-anccaman yang mungkin saja terjadi.
Sehari sebelumnya, dalam pemaparan hasil kajian Pusat Riset Laut Dalam Badan Riset dan Inovasi (BRIN) maupun BMKG potensi bencana alam seperti gempa bumi hingga tsunami bisa terjadi.
Apalagi letak Maluku yang masuk jalur cincin api atau Ring Of Fire.
Sebagaimana disampaikan dr. Eng Muhammad Zain Tuakia dari Pusat Riset Laut Dalam, di wilayah Maluku yang memiliki karakteristik kepulauan ini terdapat sesar aktif sehingga sering kali menjadi pemicu gempabumi.
Sementara tsunami bisa terjadi jika dipicu juga oleh gempabumi, letusan gunung api bawah laut, longsor bawah laut. Dan 60 persennya terjadi wilayah Timur Indonesia sepanjang sejarah sehingga Maluku juga berpotensi. (Ruzady)