TERASMALUKU.COM,-MASOHI- Pemerintah Negeri Mossol, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), mendorong para petani setempat menanam tanaman pangan lokal, seperti umbi keladi.
Dorongan itu dilakukan dengan menyiapkan bantuan dana Rp 100 juta yang bersumber dari Dana Desa (DD). Dana ini akan dipergunakan untuk membeli bibit umbi dengan nama lain talas pulen tersebut.
“Dana ini kita siapkan untuk membeli bibit keladi dari mereka. Kita beli dari mereka, kita serahkan lagi ke mereka untuk mereka tanam,” ungkap Kepala Pemerintahan Negeri Mosso, Rafit Walalayo kepada Terasmaluku.com di Masohi, Minggu (10/4/2022).
Bibit yang akan dibeli dari para petani tidak dilakukan sembarangan. Pemerintah negeri akan memilih bibit yang berkualitas, kemudian ditimbang.
Bahkan kata Rafit, timbangan yang digunakan terbuat dari kaleng bekas, sebagai alat ukur. Biasanya talas pulen itu diisi ke dalam kaleng bekas untuk didagangkan. Cara itu sudah jadi tradisi di Negeri Mosso sejak dulu.
“Perkaleng dijual dengan harga Rp 70 ribu dan memang dari dulu sistem penjulan sudah seperti itu, tinggal bagimana kita sesuaikan saja,” ujarnya.
Ia mengatakan, dari data sementara tercatat sebanyak kurang lebih 175 orang petani yang akan mendapat bantuan bibit tanaman tersebut. Data itu masih bisa bertambah karena pihaknya masih terus melakukan pendataan.
“Penetapan petani ini juga akan dikoordinasikan bersama saniri atau tokoh adat negeri. Jika ada petani yang punya talas pulen langsung ke RT agar didata untuk dibayar. Ada lima RT di Negeri Mosso,” jelas Rafit.
Lebih lanjut dikatakan, saat ini sejumlah petani sudah menyiapkan lahan untuk nantinya diolah. Sebab, umbi talas pulen ini berbeda dengan tanaman lainnya seperti sayur-mayur yang dapat ditanam di mana saja.
“Talas pulen ini dia pakai musim tanam. Dia tidak seperti tanama lain seperti sayur mayur atau cabe. Sayur mayur dan cabe ini kan menggunakan pupuk dan bisa ditanam kapan saja. Talas pulen tidak seperti itu harus menunggu hingga Bulan November. Kalau salah bulan isinya sedikit,” jelasnya.
Di sisi lain, Rafit mengakui jika warganya secara umum bekerja sebagai petani. Hanya saja selama ini ekonomi mereka tidak normal akibat kendala jalan.
“Kami meminta pemerintah daerah agar bisa membangun jalan tani di daerah ini sehingga akses ekonomi dan kesejahteraan petani dapat terwujud dengan baik,” pintanya.
Penulis : Nair Fuad