Catatan dari Klasis Pulau Ambon Utara Oleh : Rudy Rahabeat, Pendeta GPM

oleh
oleh
Seminar Menangkal Radikalisme dan Merajut Persaudaraan Wayame, Senin (13/6/2022). FOTO : ISTIMEWA

Kita hidup berdampingan dengan sesama yang berbeda agama, suku, budaya dan sebagainya. Kita mesti saling memahami dan tidak memperlakukan orang lain sebagai musuh atau kafir. Demikian dua kalimat ringkas Pendeta Abraham Beresaby , Ketua Klasis GPM Pulau Ambon Utara ketika memberi arahan pembukaan Seminar Menangkal Radikalisme dan Merajut Persaudaraan, Wayame, Senin (13/6/22).

Seminar ini menegaskan bahwa agama-agama itu mesti saling menopang satu sama lain. Kita tidak dapat membangun masa depan bersama oleh satu agama saja. Butuh kolaborasi dan sinergi untuk membawa maslahat dan kebaikan bagi semua ciptaan, bukan sebaliknya. Hal ini juga ditegaskan Karen Armstong bahwa satu tugas utama zaman kita ini tak lain adalah membangun komunitas global yang didalamnya semua orang dapat hidup bersama dalam sikap saling menghormati; namun agama, yang seharusnya memberi kontribusi besar, justru dianggap bagian dari masalah (Armstrong, COMPASSION, 2012, h.10). Saya bersama Dr Abdul Manaf Tubaka , dosen IAIN Ambon sebagai narasumber dalam Seminar dimaksud. Berikut beberapa catatan kecil saya.

Pertama, pemahaman dan sikap GPM. Gereja Protestan Maluku (GPM) dalam Ajaran Gerejanya (2016) merumuskan bahwa radikalisme didorong oleh sikap fanatik yang berlebihan, yang menempatkan penganut agama lain sebagai tersesat dan kafir. Karena itu, GPM menolak secara tegas sikap radikalisme dalam agama, termasuk dalam agama Kristen. Bagi GPM, perbedaan-perbedaan yang ada dalam masing-masing agama adalah kekayaan yang harus dihormati dan dihargai.

Karena itu sikap menghina, mengejek dan menista agama lain tidak dapat diterima. Rumusan ini menegaskan sikap GPM untuk merespons realitas radikalisme secara internal (di dalam gereja atau Kekristenan) dan eksternal (lintas iman). Potensi radikalisme ada pada setiap agama. Olehnya diperlukan langkah-langkah bersama untuk menanamkan pemahaman dan sikap yang benar terhadap agama lain. Sikap saling memahami dan menghormati (respect and understanding each other) perlu terus ditanamkan dan dirawat. GPM yang merupakan umatnya tersebar di Maluku dan Maluku Utara secara konsisten merawat toleransi dan kerjasama antariman dalam spirit Gereja Orang Basudara.

BACA JUGA :  Langgar Aturan Jam Malam, Tim Satgas Sita 100 Jeriken SPBU Lateri

Kedua, Memetakan dan mengoptimalkan segmentasi. Terkadang ada banyak dialog dan kerjasama lintas iman yang dilakukan secara umum dan insidentil. Diperlukan fokus pada segmen-segmen yang lebih spesifik. Selain kepada tokoh iman, maka segmen pemuda lintas iman, remaja lintas iman, anak lintas iman, perempuan lintas iman, tukang ojek lintas iman, tokoh desa lintas iman, dan seterusnya. Pendeta Henky Liliefna, Ketua Majelis Jemaat GPM Negeri Lama menegaskan bahwa perluasan segmen itu penting sekali, khususnya kepada generasi muda.

Generasi muda merupakan lokomotif perubahan yang perlu memiliki wawasan dan komitmen kuat untuk merawat nilai-nilai toleransi dan bukannya terperangkap dalam wawasan dan tindakan radikalisme. Hal itu juga menyasar kelompok perempuan lintas iman. Pemetaan segmentasi ini menjadi penting agar setiap gagasan agenda yang bertujuan menanamkan pemahaman lintas iman makin meresap pada setiap segmen dan muaranya adalah kesadaran dan komitmen bersama untuk menangkal radikalisme dan membangun persaudaraan lintas suku dan agama yang lebih otentik.

Ketiga, transformasi digital lintas iman. Gerakan radikalisme atau kekerasan ekstrim dapat disalurkan secara konvensional tetapi juga melalui media digital. Setiap hari muncul berbagai tulisan dan video yang provokatif. Jika masyarakat tidak memiliki daya kritis maka ia akan mudah terbius dengan dengan konten-konten digital yang menebalkan rasa permusuhan dan kebencian. Dalam kaitan ini perlu sekali edukasi dan literasi digital agar masyarakat memiliki daya kritis dan kreatifitas dalam menggunakan media digital untuk menghadirkan pesan-pesan persaudaraan dan perdamaian.

Agama-agama saat ini tidak bisa bersikap sinis atau apatis terhadap dunia digital melainkan mesti aktif terlibat dalam gerakan transformasi digital mondial. Sikap kritis dan kreatif terhadap revolusi industri 4.0 dan seterusnya mesti terus direspons dengan bijak. Cara berpikir digital (digital mindset) dan infrastruktur digital perlu dimanfaatkan dengan optimal untuk menyemai wawasan dan sikap toleran dan damai. Dengan begitu, orang-orang yang menggunakan media digital untuk menebarkan radikalisme dan kekerasan ekstrim dapat ditangkal dengan mempromosikan nilai-nilai persaudaraan dan persahabatan yang saling menghidupkan.

BACA JUGA :  Bawaslu Maluku Usulkan Rp260 Miliar Untuk Pemilu dan Pilkada 2024

Keempat, Mencari model relasi lintas iman yang kontekstual. Kerja-kerja lintas iman yang sudah dilakukan selama ini patut diapresiasi. Walau jika dicermati lebih jauh terkesan ada kelesuan dalam mendorong dialog dan kerjasama lintas iman. Dalam kondisi ini, diperlukan komitmen dan kesungguhan untuk terus merawat keberlanjutan dialog dan kerjasama lintas iman dalam segala segmennya.

Kerja-kerja rintisan yang sudah dilakukan mesti terus dikembangkan hingga menjadi model yang dapat digunakan oleh berbagai pihak. Ketika kegiatan ini berlokasi di desa Wayame, maka apakah model desa damai di Wayame akan dapat menjadi rujukan bersama oleh desa-desa lain di Ambon, Maluku bahkan di mana saja. Demikian pula atribut Desa Toleran bagi Desa Nania Kota Ambon dapat memberi inspirasi dan motivasi untuk terus menjadi masyarakat yang damai dan toleran. Intinya, kerja-kerja lintas iman mesti tiba pada praktik terbaik (best practices) dan berdampak positif bagi peradaban dunia.

Demikian beberapa catatan kecil atas kegiatan yang dikordinir oleh Pdt Juliet Latubessy -Lekahena, Sekretaris Bidang Pengembangan Oikumene Semesta (POS) Klasis GPM Pulau Ambon Utara. Semoga terus memacu semangat dan komitmen untuk merawat dan mengembangkan dialog dan kerjasama lintas iman serta persaudaraan sejati, juga menangkal bahaya radikalisme/kekerasan ekstrim di Maluku, Indonesia dan dunia. Salam damai ! (RR)

No More Posts Available.

No more pages to load.