Menggelar “Event” Menampung Kreativitas Bisnis Anak Muda Kota Ambon

oleh
oleh
Suasana RabuRabu Market di Taman Pattimura Ambon, Sabtu (10/12/2022) malam. ANTARA/Winda Herman

TERASMALUKU.COM,-AMBON-Puluhan anak muda terlihat ramai di masing-masing tenda dalam sebuah pameran di tempat terbuka. Berbagai karya anak-anak muda Kota Ambon dipajang dan dijajakan dengan diiringi musik populer, Sabtu (10/12/2022).

Mereka tampak menikmati pasar kecil RabuRabu Marketevent yang memberi tempat aneka produk mereka ditata untuk memikat pembeli.

Kompleks lapangan basket berukuran 28×15 meter di Taman Pattimura Ambon itu menjelma arena bisnis dari sekumpulan anak-anak muda kreatif, yang mungkin belum dikenal masyarakat. Puluhan produk unik terpajang di situ.

RabuRabu Market sengaja dibuat di lahan nisbi kecil. Selain agar lebih dekat dengan pengunjung dan komunitas, venue itu menjadi wadah untuk mengobrol akrab dengan sesama sekaligus tempat memajang produk mereka.

RabuRabu Market yang dikemas oleh Ambon Creative Maker (ACM) ini digagas pada tanggal 10 Mei 2019. Ini kegiatan kreatif dan produktif bagi anak-anak muda.

Banyak terpajang kaus berdesain ikon kota berjulukan Manise, kerajinan tangan berupa gelang dari kerang-kerang kecil, jam tangan bekas bermerek layak pakai, jajanan, sopi kopi, dan yang paling unik adalah puisi nama yang diketik dengan apik untuk pemesannya.

RabuRabu merupakan istilah orang Ambon yang pemaknaannya adalah cepat atau singkat saja, sementara market merujuk pasar, tempat bertemunya penjual dan pembeli.

Oleh karena itu, RabuRabu Market dimaknai dengan pasar berdurasi singkat. Kegiatannya digelar hanya 3 hari untuk memamerkan barang merek lokal anak Ambon pada hari yang ditentukan.

Tahun ini, RabuRabu Market sudah memasuki volume atau edisi ke-5, yang skalanya lebih besar dari sebelumnya. Oleh karena itu, pengunjung dan pendatang baru pun lebih banyak pada pameran yang berlangsung pada pekan lalu.

Jeanli Elfindy Moniharapon (29) bersama sembilan temannya berinisiatif membuat kegiatan RabuRabu Market karena ingin menghidupkan kreativitas anak muda dengan dengan karya-karya yang menghasilkan uang serta relasi baru.

Bermula dari mengobrol santai, mereka berdiskusi terkait kegiatan apa saja yang berdampak positif bagi anak muda di Ambon.

“Dari pada kita tunggu yang lain buat, kita coba sendirilah kegiatan seperti ini. Mau berjualan secara daring, kebanyakan orang sekarang ingin melihat langsung barangnya,” katanya

Mulailah Elfindy dan teman-temannya membuat grup WA lalu membahasnya lebih lanjut dan lebih dalam. Mereka semua sama-sama menanti RabuRabu Market kembali hadir di Kota Ambon.

Berbekal relasi komunitas, Elfindy dan teman-teman akhirnya menggelar RabuRabu Market yang tidak memakan biaya banyak. Pertama kali digelar di Markas Besar Komunitas Baronda, Ambon.

“Banyak teman yang ngumpul dan ngobrol bilang RabuRabu Market ini lebih kekeluargaan karena dari situ jadi dapat kenalan baru. Tujuan kita buat ini untuk membangun relasi dan keluarga baru,” paparnya.

Untuk menggunakan tempat, Elfindy dan teman-teman mengandalkan pendekatan, kemudian meminta bantuan kenalan untuk menghias tempatnya semenarik mungkin. Sementara itu, alat musik, mereka berpatungan untuk menyewanya. Hingga sekarang, RabuRabu Market selalu berjalan lancar.

ACM tidak menjanjikan harapan muluk-muluk bagi komunitas atau produk yang dipamerkan di RabuRabu Market. Mereka hanya memberi ruang kecil berupa meja untuk menaruh barang dagangan atau tempat berkarya agar bebas berekreasi sendiri demi menarik pelanggan.

Bagi yang mau bergabung di RabuRabu Market hanya perlu bayar Rp100 hingga Rp300 ribu, dengan biaya pertama setelah mendaftar hanya Rp25 ribu. Jadi setelah kegiatan selesai, para komunitas atau pelaku usaha ini hanya tinggal membayar sisanya saja.

RabuRabu Market tidak mengambil keuntungan.Uang yang didapatkan digunakan untuk membayar lahan, alat musik, dan lainnya yang disewa oleh ACM.

Terkait keuntungan, ACM juga turut berjualan di RabuRabu Market. Mereka juga memamerkan hasil karyanya untuk dijual. Tidak hanya itu, permainan lempar anak panah juga disediakan bagi pengunjung dengan tarif Rp5.000 untuk tiga kali kesempatan mencoba.

Elfindy sendiri mendapatkan keuntungan dari berjualan makanan dan minuman dengan omzet dua hingga tiga kali lipat dibandingkan berjualan daring melalui media sosialnya. Di pasar singkat itu, ia mendapatkan Rp500 ribu hingga Rp1,5 juta.

RabuRabu Market diharapkan terus berkembang, semakin lebih baik, dan menjadi wadah anak muda berkarya.

Perempuan muda berjiwa wirausaha itu menginginkan RabuRabu Market lebih dilirik, dipermudah perizinannya, dan yang paling penting didukung oleh Pemerintah Kota Ambon.

“Jadi tidak hanya program-program pemerintah saja yang difokuskan, tapi program seperti kita ini sebaiknya lebih dilirik,” ucap Elfindy.

Ia mengajak anak muda punya jiwa pantang menyerah. Apa lagi jalan merek pun masih panjang, langkah yang diambil pastinya selalu ada ujian. Jangan mudah menyerah, karena ujian itu ada untuk mengasah kreativitas.

Dukungan

Pengamat ekonomi di Kota Ambon Izaac Tonny Matitaputty mengapresiasi kegiatan RabuRabu Market karena berdampak positif untuk anak-anak muda di Kota Ambon.

Anak muda seharusnya sudah mulai menumbuhkan jiwa berwirausaha, tidak hanya berpikiran untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

Di Ambon sendiri, usaha seperti kafe atau kedai kecil sudah banyak dilakukan oleh anak-anak muda. Ini menunjukkan roda ekonomi yang digerakkan anak muda sudah mulai berputar.

Kalau anak muda di Ambon sudah berani berbisnis, mereka akan bersaing di bidang usaha dengan model-model bisnis yang berbeda sehingga mereka punya nilai kreatif dan layak jual.

Ketua Lembaga Pengkajian dan Penelitian Ekonomi (LPPE) Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon itu menjelaskan kegiatan itu perlu didukung pemerintah dalam bentuk pembinaan dengan menyediakan tempat khusus atau lokasi tetap untuk anak muda kreatif.

Dorongan kepada anak-anak muda diperlukan, misalnya, wali kota menetapkan kegiatan ini sebagai hal wajib bagi anak muda. Dengan demikian memberikan kepastian bagi anak-anak muda untuk bergerak.

Oleh : Winda Herman/Antara
Editor: Achmad Zaenal M