Marilah kita awali tahun 2023 dengan saling berbagi perspektif. Kita membuka diri untuk saling mendengar, saling berdiskusi dan saling memerkaya. Tanggal dua Januari 2023 saya mendapat kesempatan berdiskusi sambil menyeruput Teh Rempah bersama Prof Dr John Ruhulessin, dan Dr John Saimima. Berikut beberapa catatan hasil diskusi ringan tersebut. Point satu dan dua merupakan bulir pemikiran Prof John, guru besar Sosiologi dan Teologi Agama-Agama UKIM Ambon, butir kedua bersumber pada perspektif Dr John Saimima, dosen Sejarah pada Fakultas Teologi UKIM sedangkan point empat merupakan tambahan perspektif saya.
Pertama, pentingnya etik-moral dalam semua dimensi kehidupan. Dalam dunia yang kian kompleks dan dinamis saat ini, kita membutuhkan landasan-landasan etik-moral yang kokoh. Etik moral itu memandu arah hidup bersama agar tidak tergelincir pada jurang kehampaan. Etik moral yang memberi aksentuasi pada pentingnya keutamaan hidup, nilai-nilai substansial dalam hidup seperti kebenaran, kejujuran, keadilan dan solidaritas kiranya mewarnai seluruh dimensi kehidupan umat manusia. Ambil contoh, ketika kita berbicara tentang dimensi ekonomi, maka itu bukan sekedar tips dan trik untuk mendapat keuntungan sebesar-besarnya, memiliki strategi pemasaran yang jitu, atau eskploitasi sumber daya alam untuk mendatangkan keuntungan maksimal. Atau bidang politik, bukan sekedar bagaimana cara memperoleh kekuasaan melalui prosedur-prosedur politik, tapi kehilangan pijakan nilai-nilai kejujuran dan keadilan. Orang bisa menghalalkan secara cara untuk mencapai tujuan politiknya. Pentingnya etik moral memberi garansi tentang hidup bersama yang manusiawi, yang tidak terperangkap dalam pemuasaan ego sendiri atau kelompok sendiri. Dengan sandaran dan pijakan etik moral yang kuat kita dapat menciptakan ruang publik yang manusiawi dan membebaskan.
Kedua, kepemimpinan yang mencerahkan. Semua orang adalah pemimpin, minimal pemimpin bagi dirinya sendiri. Ketika seseorang mendapat kesempatan untuk memimpin orang lain, sebenarnya itu merupakan kesempatan baginya untuk membawa pencerahan dalam hidup bersama. Pemimpin yang baik selalu memberi inspirasi dan motivasi bagi orang lain. Dengan tipe kepemimpinan yang empatik dan peduli, maka seorang pemimpin dapat menggerakan perubahan ke arah yang lebih baik. Berbagai krisis yang terjadi saat ini salah satu penyebabnya adalah adanya krisis kepemimpinan. Pemimpin kehilangan wibawa dan daya pengaruhnya. Pemimpin kehilangan momentum untuk melakukan pembaruan dan pencerahan. Kondisi ini mesti segera dibenahi. Para pemimpin perlu terus berbenah. Ketika para pemimpin dapat menjalankan kepemimpinan yang mencerahkan maka hari dan hari esok pasti akan lebih baik.
Ketiga, belajar dari sejarah. Apa yang kita alami kini tak bisa dilepaskan dari masa lalu. Apa yang akan terjadi tahun 2023 ini juga tak terputus dari tahun-tahun sebelumnya. Olehnya kita jangan sampai menjadi amnesia, lupa sejarah. Sejarah adalah guru kehidupan, historia magistra vitae. Dengan belajar dari masa lalu, kita dapat membenahi masa kini agar tidak mengulangi kesalahan yang sama, atau kita dapat terus meningkatkan kualitas apa-apa yang telah dicapai di masa lalu. Dari sejarah kita juga belajar bahwa kita butuh sahabat dan kerabat. Kita tidak bisa jalan sendiri. Oleh sebab itu kita mesti terbuka untuk saling berjumpa, saling belajar dan saling menolong.
Keempat, pentingnya kolaborasi. Seorang tokoh agama tidak bisa menabalkan diri sebagai yang maha tahu, termasuk merasa lebih tahu tentang sorga dan keselamatan kekal. Seorang tokoh agama tidak dalam mengklaim bahwa ia satu-satunya wakil Allah di dunia. Ia juga tidak bisa dengan pongah merasa diri lebih saleh dari yang lain. Fakta tentang adanya tokoh agama yang melakukan kekeliruan dan kesalahan membuat kita mesti selalu waspada. Apalagi dalam dunia yang terlalu mendewakan agama, membikin orang kadang kehilangan akal sehat dan daya kritis. Dengan menyebutkan begini bukan berarti agama tidak penting. Agama tetap penting. Tetapi ia bukan satu-satunya, termasuk tokoh agama. Kita mesti membuka diri untuk saling bekerjasama, kolaborasi. Kerjasama lintas tokoh, lintas ilmu, lintas disiplin, lintas batas. Saling berkolaborasi adalah formula masa kini dan masa depan. Kita tidak bisa asyik dan merasa nyaman dengan dunia kita sendiri. Merasa diri paling benar dan mengkafirkan orang lain yang berbeda. Dengan adanya kolaborasi maka tatanan dunia yang adil dan manusiawi dapat kita wujudkan.
Marilah kita melangkah mengisi tahun 2023 dengan harapan. Tetap kritis dan realistis juga idealis. Berusahalah untuk terus menebarkan kebaikan kapan dan dimana saja. Jangan mudah menyerah, jika tantangan datang mendera. Tetap saling berbagi dan peduli. Hadirkan kemaslahatan bagi sesama dan semesta. (RR)