Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Faktor ketidak patuhan dalam pengobatan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan pasien serta resiko terjadinya resistensi obat yang mengakibatkan terjadinya Drop Out.
Konsekuensi yang dapat terjadi pada penderita Tuberculosis paru yang tidak melakukan pengobatan secara teratur diprediksikan 50% dari penderita Tuberculosis paru akan meninggal. Sedangkan sekitar 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi dan 25% lainnya sebagai “kasus kronis” yang tetap menular.
Walaupun telah diketahui obat-obatan yang dapt digunakan untuk mengatasi penyakit Tuberculosis, namun penanggulangan dan pemberantasannya sampai saat ini belum memuaskan. Angka drop out (mangkir, tidak patuh berobat) yang tinggi, pengobatan tidak adekuat, dan resistensi terhadap Obat Anti Tuberculosis (OAT) yaitu (MDR-TB) Multi-drug-resistant Tuberculosis merupakan kendala utama yang sering terjadi dalam pengendalian Tuberculosis dan merupakan tantangan terhadap program pengendalian Tuberculosis. Multi-drug-resistant Tuberculosis terjadi bila penderita putus berobat sebelum masa pengobatan selesai atau penderita sering putus-ptus minum obat selama menjalani pengobatan Tuberculosi.
Prevalensi Tuberculosi paru di masyarakat masih sangat tinggi, namun cakupan program penangulangan dengan strategi Directly Observed Treatment, Shorcourse chemotherapy (DOTS) masih rendah, serta masih tingginya angka putus berobat penderita Tuberculosi paru, sehingga aspek pengendalian faktor risiko penularan menjadi penting, terutama bagi kelompok berisiko tinggi seperti keluarga penderita dan anak balita (Adewale, Podder, & Gumel, 2009; Hori et al., 2006).
Sumber penularan utama adalah penderita Tuberculosi Paru positif itu sendiri, pada waktu batuk atau bersin pasien akan menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (Droplet nuclei) sekali batuk dapat menyebarkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.
Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Kuman dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penualaran seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajad positifan seorang pasien makin besar juga risiko penularannya.