Rayakan Perjuangan, 400 Orang TNS Bawakan Tarian Kolosal Bangsa Merseka

oleh
Para mama TNS dari Sanggar Seni Tari Letmasa yang terlibat dalam pentas tarian Bangsa Merseka bersama para siswa dan 4 penari utama yang akan tampil Rabu 22 Februari 2023 pukul 19.00 WIT di Lapangan TNS Waipia, (21/2). FOTO: Kele Project

TERASMALUKU.COM,AMBON, – Sebanyak 400 orang penduduk Teon Nila Serua (TNS) yang bermukim di Waipia, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) bakal membawakan Tarian Kolosal, Bangsa Merseka, Bangsa yang Merdeka dalam Seka.

Ini merupakan kali pertama dalam sejarah migrasi orang-orang TNS membawakan cerita perjalanan mereka dalam bentuak karya tari.

Penampilan ratusan orang TNS itu bakal berlangsung pada Rabu (22/2/2023) esok di Lapangan TNS Waipia Kabupaten Malteng pukul 19.00

Para siswa gabungan SMP Negeri 49 Maluku Tengah, SMA Negeri 17 Maluku Tengah, SMA Teologi Kristen TNS ikut membawakan tarian kolosal Bangsa Merseka garapan Arie Rumihin

Sebagian besar anak muda dan para mama terlibat membawakan tarian Seka. Tarian yang jadi lambang perekat pemersatu penduduk TNS yang dipaksa meninggalkan tanah lahir menuju tempat baru.

Arie Rumihin, penggagas tarian Kolosal Bangsa Merseka mengatakan, tarian ini sebagai pengingat sekaligus perayaan ketangguhan orang-orang TNS yang bertahan hingga sekarang.

“Beta orang TNS dan ini cerita tentang katong orang tatua dulu. Bagaimana katong dipaksa keluar dari tiga pulau di laut banda. Kasi tinggal kabong, kehidupan, tanah di sana,” kata Rumihin.

Bangsa Merseka mengkisahkan sejarah kehidupan orang TNS yang dipaksa pindah dari kampung halamanya.

Mereka diangkut menggunakan kapal perang dengan alasan akan ada gunung yang melutus di tiga pulau itu. Pada 1978 mereka digiring keluar dari tanah kelahiran tempat rumah ladang dan kehidupan bermula.

Kali pertama penduduk TNS singgah di Pulau Damer selama 14 hari. Lalu diangkut lagi ke Makariki Pulau Seram selama 4 tahun.

Di sana penduduk TNS tinggal di barak-barak berbahan seng dan berlantai tanah. “Banyak yang meninggal akibat sakit diare, TBC dan macam-macam. Kalau hujan itu jadi lumpur dan pas siang sangat panas karena pakai seng saja,” lanjutnya.

Setelah lahan di Waipia siap, barulah mereka keluar dari Makariki menuju Waipia, tempat penduduk TNS bermukim hingga sekarang.

BACA JUGA :  TKMKB  : Optimalkan Rujukan Horizontal Butuh Peran Pemda

Dia lantas meramu cerita perjalanan penduduk itu kedalam karya seni yang didanai dari progam Indonesiana bekerjasama dengan Dirjen Kebudayaan, Kemendikbudristek dan LPDP.

Rumihin memilih kategori Penciptaan Karya Kreatif Inovatif Indonesia dan meramunya menjadi pentas tarian Kolosal Bangsa Merseka, Bangsa Yang merdeka dalam Seka.

“Seka adalah tarian. Ini salah satu budaya yang katong (penduduk TNS) bawa dari kampung halaman hingga ada di tanah orang. ini jadi katong pemersatu,” tutur alumnus Universitas Kristen Petra Surabaya itu, bangga.

Para penari tak lain adalah warga TNS sendiri yang bermukim di Waipia. Mereka terdiri dari para mama di Sanggar Seni Tari Letmasa, siswa SMP Negeri 49 Maluku Tengah, SMA Negeri 17 Maluku Tengah, SMA Teologi Kristen TNS dan sangar di Waipia yang disi oleh mama-mama.

Ada juga empat penari utama. Tiga penari asal TNS. Yostina Liptiay, Fransina Nusamara dan Naldi Bariji. Satu penari dari Ambon yaitu Theodora Melsasail.

“Theo punya kiprah dan kemahirannya dalam seni tari kontemporer pun tradisional. Selain itu Theo sangat fleksibel dan punya daya eksplorasi tinggi,” jelasnya.

Koreagrafi tarian Seka akan menggambarkan kehidupan mula-mula, perjalanan hingga kehidupan saat ini. Tarian Seka punya satu ciri khas yang kuat.

Formasi tartan Seka saling bakukele rapat-rapat melambangkan persatuan dan kebersamaan orang TNS

Yakni para penari saling bakukele dalam formasi setengah melingkar rapat-rapat. Ada yang sambil mencondongkan tubuhnya ke atas sebagai lambang kehangatan mengelilingi api unggun.

Ada juga gerakan dengan mencondongkan tubuh ke bawah sambil tetap bakukele erat. Itu lambang memuja patung yang dulunya ditemukan mula-mula oleh para leluhur.

“Seka lambang kehidupan orang TNS. Itulah kenapa beta pakai tarian itu. satu jatuh, semua jatuh. Budaya ini jadi perekat pemersatu orang TNS,” sebut pria yang menjadi pagawai di Kantor Bahasa Kota Ambon itu.

BACA JUGA :  Gunakan Kulit Domba, Begini Cara Orang Abad Pertengahan Deteksi Penipuan

Pentas esok hari akan digabungkan dengan sebuah film pendek berdurasi 10. Film itu bercerita mengenai hidup mula-mula orang TNS. Nantinya Kedua karya itu akan digabung menjadi sebuah video utuh.

Untuk penggerapan video Rumihin menggandeng Kele Project serta anak TNS Miken Leinussa sebagai penata audio.

Penulis : Priska Birahy

**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow

 

No More Posts Available.

No more pages to load.