Minim Penghasilan, Sopir Ojek Online di Ambon Keluhkan Nasibnya

oleh
oleh
Salah satu pangkalan ojek di Kota Ambon. Senin (28/03/2023). Foto : Tasya

TERASMALUKU.COM,-AMBON-Sudah nyaris 13 tahun transportasi online Gojek merambah Indonesia termasuk di Kota Ambon. Selain Gojek masih ada aplikasi ojek online lain seperti Grab dan Maxim yang baru-baru ini beredar di kota berjuluk manise ini.

Namun masih ada saja sopir ojek online yang mengeluh karena pendapatan mereka tak lantas bisa mengubah nasib.

Amran salah satu sopir ojek online di Kota Ambon misalnya mengeluhkan nasibnya karena bekerja sebagai sopir ojek online di kota kecil seperti Kota Ambon yang memang sepi pelanggan.

“Kalau di Ambon agak susah, pelanggannya sedikit, apalagi masih ada persaingan dengan ojek-ojek biasa, ” cetus Amran kepada Terasmaluku.com saat ditemui di Kawasan Urimesing Kota Ambon, Senin (27/3/2023.

Lelaki yang sudah berkecimpung sebagai sopir ojek online  selama empat tahun itu pun mengungkapkan bahwa pendapatan mereka selama ini juga relatif biasa saja karena dipotong  untuk  aplikasi.

“Misalnya kalau harga tiga belas ribu, paling kita dapat sekitar 9.500 sisanya itu masuk ke aplikasinya,”ungkap Amran.

Amran mengutarakan  sebagai pihak sopir  dan penyedia aplikasi ojek online  justru keuntungan  yang didapatkan aplikasi jauh lebih besar karena mereka hanya membantu para driver menyediakan jasa, sedangkan para sopir  harus memiliki modal sendiri sebelum mendaftarkan diri menjadi seorang sopir atau driver ojek online.

Apalagi syarat mendaftar  harus memiliki fasilitas lengkap seperti motor pribadi beserta kelengkapan surat-surat kendaraan yang dibutuhkan sebagai uji kualitas bahwa mereka layak bergabung di bawah naungan ojek online ini.

Amran menuturkan  semua biaya ganti rugi kendaraan, biaya perawatan kendaraan tidak ditanggung oleh pihak penyedia jasa, oleh karena itu terkadang modal yang mereka keluarkan tidak sesuai dengan pemasukan mereka sehari-hari.

BACA JUGA :  Ratusan ASN, Aparat Keamanan Dan Warga di Tanimbar Jalani Swab Massal

Lelaki paruh baya yang mengandalkan motor maticnya untuk mencari nafkah itu pun turut merasakan perbedaan yang jauh mengenai penggunaan transportasi di Ambon. Amran mengaku ia memantapkan diri menjadi bagian dari salah satu merek ojek online  karena melihat peluang pasar yang lebih besar. Namun kenyataannya tidak demikian.

“Kalau di Ambon dulu banyak pakai ojek biasa, becak, atau paling banyak itu angkot. Tapi sekarang rata-rata orang  pakai aplikasi,” tuturnya.

Para driver ojek online ini juga mengaku  tidak adanya proses tawar menawar  membuat mereka harus menelan pil pahit karena harga yang dipilih  pelanggan di aplikasi tidak sesuai dengan jarak yang ditempuh.

“Kalau dulu masih ojek biasa itu takut-takut mau kasih harga, nanti tidak enak juga. Terus kalau sudah dikasih harga, mereka tidak mau kan kita yang rugi jadi mau tidak mau harus ikut keinginan pelanggan. Kalau di ojek online  tidak, sudah ada harga pasti, tapi kadang tidak sesuai jarak juga, ” ungkapnya.

Itu sebab selain tetap menjalankan ojek online sebagian driver juga masih menerima penumpang  ojek biasa,  karena itu mereka masih ada yang mangkal di sejumlah pangkalan ojek yang tersebar di kota ini. Belum lagi satu driver ojek online bisa bergabung pada tiga aplikasi ojek online sekaligus. Ini cara menyiasati agar bisa memiliki keuntungan lebih karena bisa mendapatkan pelanggan lebih banyak.

Penulis : Tasya Tupamahu

Editor : Insany

**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow

No More Posts Available.

No more pages to load.