TERASMALUKU.COM,-AMBON-Program Studi Pariwisata Budaya dan Agama, Fakultas Ilmu Sosial Keagamaan, Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon melaksanakan kegiatan bina desa wisata di Negeri Horale, Kecamatan Seram Utara Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku mulai tanggal 29 Juli hingga 2 Agustus 2023.
Kegiatan bina desa wisata tersebut mengusung tema “Pengembangan Potensi dan Daya Tarik Wisata Negeri Horale”.
Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan tujuan sebagai upaya tanggung jawab akademik Prodi Pariwisata Budaya dan Agama untuk mengaplikasikan dan menerapkan ilmu pariwisata kepada masyarakat Negeri Horale agar masyarakat tersebut memiliki pengalaman mengenai bagaimana mengidentifikasi daya tarik dan potensi wisata budaya dan religi dan kemudian mendesainnya menjadi sebuah desa wisata yang didadasarkan pada model pariwisata berkelanjutan yang berbasis masyarakat.
Untuk mencapai maksud tersebut maka perlu adanya kegiatan sosialisasi tentang hal-hal mendasar mengenai pariwisata yang perlu diketahui dan dipersiapkan oleh masyarakat negeri Horale.
Kegiatan bina desa wisata mulai dari pembukaan, sosialisasi, sampai penutupan dilaksanakan di balai desa Horale, dihadiri oleh raja Horale beserta staf, kelompok usaha wisata negeri Horale, pelaku usaha, dan masyarakat Horale yang lainnya.
Sedangkan tim bina desa wisata IAKN Ambon terdiri dari 10 orang yakni Yamres Pakniany, M.Si. (ketua), Elviaty H. Tauran, S.Tr.Par., M.Arch. (sekretaris), Welmintje Tupalessy, S.Th., M.Pd,K. (bendahara), Belly I. Kristyowidi, M.Pd., Victor D. Tutupary, M.Phil., Simson Upuy, Kartika Maatuku Saleman, Albert Kiriwenno, Ludwik Akollo, dan Esau Unsula.
Pada kata sambutan pembukaan kegiatan, raja Negeri Horale, Andarias Patalatu, S.Ip. menyebutkan bahwa kegiatan bina desa wisata yang dilakukan oleh tim dari Prodi Pariwisata Budaya dan Agama, IAKN Ambon adalah seiring dan selaras dengan rencana negeri Horale untuk menjadi salah satu tujuan wisata mengimbangi apa yang telah dilakukan oleh desa-desa tetangga seperti Sawai, Saleman, dan Labuan yang telah terlebih dahulu mengembangkan sektor pariwisata.
Horale jelas memiliki potensi yang besar sekaligus unik untuk dikembangkan menjadi desa wisata dikarenakan kekayaan budaya, religi, dan potensi alam yang dimiliki.
Oleh karena itulah kedatangan tim bina desa wisata adalah bukan kebetulan semata melainkan suatu perencanaan ilahi sehingga masyarakat Horale memperoleh kesempatan berharga untuk menimba ilmu pengetahuan tentang pariwisata, namun pada akhirnya kesadaran, disiplin, kekompakan dan kerja keras yang tulus dari masyarakat Horale yang akan menjadi penentu utama keberhasilan Horale mewujudkan mimpinya menjadi desa wisata.
Ketua tim bina desa wisata, Yamres Pakniany, M.Si. dalam kata sambutannya menyebutkan bahwa mimpi masyarakat Horale untuk menjadi desa wisata yang sukses adalah juga mimpi tim bina desa wisata IAKN Ambon.
Oleh karena itu harapan dan mimpi yang sama tersebut harus diwujudkan melalui kerja keras, pembentukan mental, dan aksi nyata. Untuk itulah kehadiran tim bina desa wisata tidak lain adalah untuk membantu masyarakat Horale untuk menjadi desa wisata budaya dan religi yang mandiri dan mampu membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
Kegiatan bina desa wisata dilanjutkan dengan sosialisasi mengenai pemahaman pariwisata dan kebudayaan oleh Belly I. Kristyowidi. Kemudian sosialisasi mengenai sadar wisata, sapta pesona, dan hospitality oleh Kartika Maatuku Saleman dan Simson Upuy.
Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan diskusi dan dengar pendapat masyarakat Horale mengenai potensi budaya dan alam yang dapat dijadikan modal dalam pengembangan pariwisata di Horale.
Kegiatan diskusi ini berhasil menghimpun beberapa ritus dan situs budaya mulai dari tarian, kuliner sampai pada alam di Horale yang menarik dan hampir terlupakan. Kegiatan diskusi tersebut dipandu oleh Yamres Pakniany dan Elviaty H. Tauran.
Pada hari ketiga, tim bina desa memberikan sosialisasi mengenai model pengembangan pariwisata berkelanjutan oleh Victor D. Tutupary. Kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi mengenai tipologi pariwisata berbasis masyarakat oleh Yamres Pakniany. Kemudian diakhiri dengan sosialisasi mengenai usaha-usaha pariwisata oleh Elviaty H. Tauran.
Setelah sosialisasi, kegiatan dilanjutkan dengan identifikasi tim dan kelompok usaha wisata ke lokasi-lokasi yang memiliki potensi daya tarik wisata sebagai tindak lanjut dari kegiatan identifikasi yang telah dilakukan pada hari sebelumnya.
Tim dan warga turun ke lapangan dan mengunjungi lokasi-lokasi seperti Batu Anjing-Batu Babi (patu yasu-patu yakale) dan monumen salib di pesisir pantai, kemudian masuk hutan dan melintasi sungai untuk menemukan lokasi Kolam Buaya (tomolinge) yang sangat indah.
Pada acara penutupan, raja Horale, Andarias Patalatu, dalam pidatonya berharap agar manfaat dari kegiatan bina desa wisata terus berkelanjutan. Materi-materi yang diberikan oleh tim harus dipraktikan melalui pengalaman-pengalaman nyata.
Lebih lanjut beliau menegaskan bahwa jati diri budaya Horale harus tetap tegak dan tidak malu untuk mempraktikan budaya dan tradisi. Dalam pengembangan pariwisata, Horale tidak menerima campur tangan investor asing manapun, karena pariwisata di Horale adalah upaya swadaya masyarakat. Pada akhirnya upaya Horale sebagai desa wisata bertujuan agar negeri Horale menjadi sejahtera.
Ketua tim, Yamres Pakniany, menyebutkan bahwa meski kegiatan telah selesai, namun ini adalah permulaan pembinaan, dan akan dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya.
Tim bina desa wisata akan terus memberikan pendampingan dan terus membuka diri untuk memberikan konsultasi bagi warga Horale dalam pengembangan pariwisata. Seluruh rangkaian kegiatan ditutup oleh doa yang dibawakan oleh ketua majelis jemaat Horale, pendeta Notje Latue, S.Si.(***)
**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow