Pameran Seni Rupa, Karya dalam Cerita Magis Hingga Kehidupan Urban Kota Ambon

by
Pamaeran seni rupa Katong Pung Istori di Galeri Lia Lia Taman Budaya Karang Panjang Ambon hadirkan 100 karya dari 10 seniman di Maluku, (8/8). FOTO: Priska Birahy

TERASMALUKU.COM,AMBON, – Sebanyak 100 karya perupa hadir di pameran Seni Rupa Katong Pung Istori, Taman Budaya Ambon.

Terdapat lukisan, karya foto juga patung. Para seniman yang berpartisipasi sebanyak 10 orang yang datang dari dua komunitas seni, Maluku Mural Family dan Kacoa Terbang. Karya-karya mereka hadir di Galeri Lia Lia, Taman Budaya pada 7 Agustus 2023 – 11 Agustus 2023.

Karya yang dipamerkan punya kedekatan dengan budaya Maluku juga bersentuhan dengan pengalaman personal. Pengaruh tradisi, kehidupan urban, memori serta hal-hal metafisik tergambar dalam tiap gores karya.

Remsky Nikijuluw dengan latar dua karyanya mengenang sahabat Calvin Papilaya ‘Sengmensail’ dan karya mix media Matakao

Seperti perupa Remsky Nikijuluw. Dia datang dengan tiga karya. Dua diantaranya punya latar magis, metafisik terhadap perjalanan diri.

“Ini beta buat tentang almarhum gandong Calvin Papilaya. Cerita soal perjalanan dia sebagai penyair, problem hidup juga perjuangan. Dan dia kerap datang dalam beta mimpi,” terang Remsky anggota Alternative Space, Kacoa Terbang.

Karyanya itu diberi judul sengmensail (2023) yang dalam bahasa Negeri Itawaka berarti belum selesai – kampung halaman calvin.

Pengalaman perpindahan alam sang sahabat dia ekspresikan dalam karya. Itu sebagai memorandum atas perjalanan Calvin yang sengmnlsail.

Karya lainnya, lukisan mixed media judul Matakao. Dia memakai seng bekas dengan banyak coretan nama serta botol.

Seniman 30 tahun itu memvisualkan tradisi orang Maluku yang menjaga kebun dengan adat dan doa doa. Dipercaya barangsiapa yang mengambil hasil dari kebun akan kena petaka, matakao.

Ada juga salah satu karya Andi Jhon Korwa judul Hidup Dari Karya (2022). Lukisannya dia buat menggunakan pensil di atas kertas.

Andi Jhon Korwa dengan karya yang lulus kurasi Galeri Nasional Jakarta tampil di pameran di Kalimantan Timur pada 2022 habiskan dua bungkus pensil di atas kertas

“Beta habis dua pak pensil dan kertas. Karya ini lulus kurasi Galeri Nasional untuk ikut pameran Temu Karya Taman Budaya di Kalimantan Timur tahun 2022 dengan seniman asal Kota Tual, Emus Larmawata,” jelasnya.

BACA JUGA :  Cegah Kepunahan, Kantor Bahasa Revitalisasi Tiga Bahasa Daerah di Maluku

Sebagian besar para perupa ini punya latar belakang aktivitas yan beragam. Hal itu mereka kawinkan menjadi sebuah karya seni. Seperti lukisan Michael frans yang adalah seorang tattoo artist. Dia menggunakan tinta tato hitam di atas media kanvas.

Lukisan karya Joey Sittanala dan Muhammad Arifin (Ipin) dari Kacoa Terbang sebagai visualisasi kehidupan urban Kota Ambon

Karya lainnya yang juga mencuri perhatian yaitu karya judul Mahina. Teknik lukis mix media itu merepresentasikan karakter perempuan yang susah ditebak. Dia menempatkan dua cermin pada pada bagian mata gambar perempuan.

Michael juga menggunakan kode batang yang dapat dipindai pengunjung. “Itu bahasa kisar, yang kira-kira artinya bikin bae dapat bae,” jawabnya singkat. Interaksi dengan pengunjung sebagai salah satu pengalaman imajiner yang sengaja dibangun olehnya sebagai respon atas karya.

karya lain yang cukup menyita rasa penasaran siswa SD yang hadir adalah karya Theizard Saiya. Pada karya fotonya, disematkan dua kantong plastik merah dan putih. Keduanya diikat benang yang terhubung dengan foto hutan. Itu dinamai Jual Beli di Udara.

Salah satu karya mix media Michael Frans menggunakan kode batang, bentuk interaksi dengan pengunjung serta beri pengalaman baru menikmati karya seni

Ada juga Muhamad Arifin dari Kacoa Terbang. Teknik menggabungkan kolase potongan majalah, buku, koran serta lukisan tak sedikit menyedot perhatian usil dari para siswa SD. Warna-warni pop yang mencolok memberi kesan tersendiri.

“Ini mirip katong tugas di sekolah. Oh, namanya kolase,” seloroh seorang siswa saat sang guru sedang menerangkan karya tersebut.

Ada juga bocah yang antusias dengan lukisan nelayan membuang jaring. Katanya, itu mirip keseharian dia di rumah. Usai pulang sekolah, Abil menuju dermaga dekat rumahnya di Batu Merah untuk mencari ikan bersama teman-teman.

Impresi organik pengunjung semacam ini turut mengukuhkan eksistensi berkaya para seniman.

Ruang-ruang terbuka lebar bagi tiap karya menemukan penikmatnya. Begitu pun dengan mereka dari Kacoa Terbang.

BACA JUGA :  Tambang Ilegal di Gunung Botak Karena Perijinan Yang Tidak Jelas, Kapolda Maluku : Tidak Ada Kompromi Dan Terus Proses Hukum

Ruang alternatif anak muda itu cukup lekat dengan idealism underground, namun melalui pameran ini mereka coba naik ke permukaan dengan tetap mekanai idealism yang ada.

Deretan karya seni lain juga dapat dinikmati pengunjung. Seperti karya patung Marthen Saiya, lukisan Ryan Juanito, Lodewyk Hahury, Zicoart, Steward, Helmi Johanes, Joey Sitanala, Jul Rasyid, Klemens Sarimanela serta Muria.

(Kiri-kanan) Lodewyk Hahury, Klemens Sarimanela, Marthen Saiya, Steward, Helmi Johanes, Zicoart, Michael Frans, Joey Sittanala, Jul Rasyid. (bawah) Remsky Nikijuluw, Andi Jhon Korwa, Ryan Juanito, Muhammad Arifin (Ipin)

Para seniman asal Maluku ini membawakan banyak cerita pada karya mereka. Ada harapan, keseharian, hidup di wilayah urban hingga siklus aneh manusia terangkum dalam coretan di atas kanvas yang dapat dinikmati hingga Jumat 11 Agustus mendatang.

Penulis : Priska Birahy

**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow

No More Posts Available.

No more pages to load.