TERASMALUKU.COM,-AMBON-Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, elektabilitas Jeffry Apoly Rahawarin (JAR) lampaui Murad Ismail (MI) untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) Maluku Tahun 2024 nanti.
Survei dilakukan pada 13 Juni-1 Juli 2023 melalui wawancara tatap muka. Metode pengambilan sampel Multi-stage Random Sampling jumlah responden 800 di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Maluku, margin of error ± 3,5 persen.
Direktur Konsultan Citra Indonesia (KCI) – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby mengutarakan, dari 18 nama potensial kandidat Calon Gubernur Maluku 2024, hanya elektabilitas JAR dan MI yang diatas 15 persen. Sisanya dibawah 10 persen. Responden yang belum memutuskan 20,8 persen.
Elektabilitas JAR 18,7 persen, petahana Gubernur Maluku, MI 18,4 persen.
“Kita kasi 18 nama, nama-nama potensial yang beredar di masyarakat, di media, kiya tanyakan semua, dan hasilnya adalah Jefrry Rahawarin unggul dibanding petahana (MI), posisinya Jefrry 18,7 persen, Murad Ismail diangka 18,4 persen, posisi ketiga ada Barnabas Orno 8,9 persen, posisi keempat ada Abdullah Vanath 8 perden, nama-nama lain dibawah 5 persen. Yang belum memutuskan ada 20,8 persen,”ungkap Adjie di Ambon, Jumat (25/8/2023) petang saat umumkan hasil Survei LSI.
Artinya kata dia, kurang lebih 15 bulan sebelum Pilkada Maluku 2024 mendatang, elektabilitas petahana MI telah dilampui JAR sebagai penantang baru.
Dari sini lanjutnya, Pilgub Maluku 2024 berpotensi head to head. “Dan per hari ini, peta Pilgub Maluku 2024 adalah pertarungan head to head Murad Ismail versus Jeffry Apoly Rahawarin,”sambungnya.
Perbandingan tren elektabilitas JAR sebagai penantang dan MI sebagai petahana sesuai survei berkala, pada November 2021 MI masih 21,4 persen sedangkan JAR 5,2 persen, Agustus 2022 MI turun jadi 22,5 persen, JAR naik jadi 10,2 persen, dan pada Juli 2023 MI 18,4 persen sedangkan JAR 18,7 persen.
Dijelaskan Adjie lebih jauh, pesona MI sejak November 2023 meredup. Padahal idealnya, elektabilitas seorang petahana itu harusnya diatas 50 persen.
Faktor penyebab redupnya elektabilitas MI antara lain karena rendahnya kepuasan publik yang mana berdasarkamn hasil survei 50,3 persen tidak puas, 48,4 persen nilai gagal jalankan tugas sebagai gubernur, 53,6 persen tidak ingin MI jadi Gubernur lagi dan 43 persen salahkan Gubernur MI atas predikat Maluku sebagai provinsi termiskin ke-4 di Indonesia.
“Redupnya Pak Gub, Pak Murad dari sisi elektoral karena empat alasan utama ini,”ujarnya.
Sementara faktor pendongkrak elektabilitas JAR dijabarkannya, tingkat kesukaan tinggi yaitu 73,9 persen, ungguli MI yang kantongi 54,4 persen.
“Selain dari tingkat kesukaan, Pak Jefry juga unggul dari sisi sosialisasi baik di media luar ruang, sosialisasi di rumah-rumah maupun sosialisasi di media sosial,”sambungnya.
Dari hasil survei dan berkaca dari pengalaman, kata Adjie menambahkan, potensi petahana kalah di Pilgub Maluku sangat besar.
Namun tak dipungkirinya, dengan jarak waktu 15 bulan sebelum helatan Pilgub Maluku berlangsung, dinamika elektabilitas bisa berubah.
“Pengalaman kita hampir semua daerah, petahana dengan angka dibawah 30 apalagi sudah ada penantang yang mengalahkan dia, memang potensi kalah di Pilgub atau Pilkada Kabupaten/Kota sangat besar. Kecuali ada kejadiannyang sangat-sangat luar biasa bisa merubah. Tentunya kejadian itu, dinamika elektoral masih bisa terjadi sampai 15 bulan kedepan,”ujarnya.
Begitu juga dengan elektabilitas penantang lain yang kini masih dibawah 10 persen, namun butuh ektsra kerja keras.
“Penantang lain masih bisa mengejar dalam 15 bulan kedepan, tapi kata dia harus kerja ekstra keras untuk mengejar karena selisihnya sudah diatas 10 persen,”tuturnya.
Sementara, dari hasil survei juga kata Adjie, isu ekonomi jadi yang paling seksi pada Pilgub Maluku nanti.
Penulis : Ruzady Adjis
**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow