TERASMALUKU.COM,- AMBON– Sebelum menyatakan sikap untuk maju dalam bursa calon Gubernur Maluku Tahun 2024, Febry Calvin Tetelepta, Deputi I Kantor Staf Kepresidenan (KSP) RI, mengaku sudah memiliki planing membangun Maluku ke depan.
Membangun Maluku, kata Febry yang biasa disapa dengan nama singkatan FCT ini, membutuhkan kerja ekstra yang tidak biasa-biasa saja. Orang yang akan dipilih pun bukan karena faktor likes or dislikes. Tapi orang-orang yang memang merindukan perubahan dan ingin segera mengabulkannya ke arah yang lebih baik.
“Saya melihat pembangunan di Maluku ini menarik. Kenapa? karena ada banyak sekali indikator yang mestinya kita lebih maju. Tetapi kemajuan itu menurut saya masih dalam tahapan biasa-biasa saja,” kata Febry saat berkunjung di kantor redaksi Terasmaluku.com di Ambon, Kamis (7/9/2023).
FCT tidak mengelak jika pertumbuhan ekonomi saat ini sedikit mengalami peningkatan. Hanya saja, pertumbuhan itu berjalan melambat, sehingga tidak mampu keluar dari garis kemiskinan. Padahal, Maluku punya potensi untuk bisa lebih maju pesat.
“Ada kenaikan 5,18, tapi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kenaikannya lebih tinggi. Memang ada kenaikan tapi lambat. Lima daerah kita juga selalu menjadi langganan (kemiskinan ekstrim) setiap tahun (MBD, KKT, Buru Selatan, Kepulauan Aru),” katanya.
BACA JUGA: Konsisten Maju Gubernur, Febry Calvin Tetelepta : Pemimpin Itu yang Dipegang Kata-katanya
Persoalan lain yang dihadapi yaitu minimnya anggaran. Anggaran untuk membangun Maluku sangat kecil dengan letak geografis kepulauan.
“APBD kita kecil sekali. Jadi kalau tidak dengan strategi yang pas menurut saya ibarat botol kita hambur air di meja, tinggal satu botol yang terisi penuh. Jadi kita harus telaten mana masalah prioritas,” jelasnya.
Pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten kota, juga harus memiliki data by name by address. “Ada berapa orang anak yang tidak sekolah yang tidak memiliki akses kependidikan dasar, kita harus selesaikan, begitu pun data-data lainnya,” katanya.
Strategi pembangunan di Kabupaten Kepulauan Aru, kata FCT mencontohkan, tidak bisa disamaratakan dengan perencanaan di Buru Selatan, Kepulauan Tanimbar maupun Maluku Barat Daya.
“Misalnya di Buru Selatan curah hujannya tinggi, di Buru Utara (Namlea) curah hujannya rendah, otomatis strategi pembangunannya berbeda. Di Buru Selatan mungkin fokus pada pertanian, sementara Namlea di sektor jasa,” tambah FCT.
Untuk mengeluarkan Maluku dari garis kemiskinan, harus ada revitalisasi kepemimpinan, juga menyangkut Sumber Daya Manusia (SDM) pada Pemerintahan.
“Kita tidak boleh lagi kita merekrut orang karena faktor suka atau tidak suka, tapi harus by system, by skill. Nuansa politik harus jauh dari kerja-kerja ASN, harus teknokrat, siap kerja apa dan tugas harus terbagi habis,” tegasnya.
Di sisi lain, kerja-kerja taktis dan cepat tersebut butuh pengendalian dari pemimpin sesuai perencanaan bersama. Pemimpin itu harus tau masalah yang dihadapi, tau jalan keluarnya dan berani mengambil keputusan.
“Sudah waktunya pemimpin stop tepuk tangan. Mari “batamang” (temani) FCT kita bangun Maluku. Saya tau masalahnya, saya tau jalan keluarnya, dan saya tau bagaimana mengambil keputusan yang tepat,” ungkapnya.
Penulis : Husen Toisuta
**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow