Oleh : Nazwar, S. Fil. I., M. Phil, Penulis Lepas Yogyakarta
Tidak ada negara yang lebih genting persoalan kemanusiaannya selain Palestina. Sepanjang puluhan tahun semenjak disatroni para pencari swaka yang merasa diri pengikut nabi Ishak atau mengatasnamakan Yahudi, perlahan merubah tatanan kehidupan di sana. Layaknya bangsa yang terjajah, berbagai unsur kemanusiaan seperti tempat tinggal, tanah tempat mencari penghidupan, sampai hak hidup terancam.
Di zaman nyaris melewati modernitas, segala kemajuan seolah telah membentuk suatu peradaban, masyarakatnya menyaksikan penjajahan yang nyata di tengah-tengah berkehidupan dunia. Di tengah berbagai kemudahan akses dan kemajuan teknologi dunia saat ini, terdapat bangsa negaranya menderita dan mengalami sebaliknya. Dan seluruh dunia menyaksikannya.
Alasan kemanusiaan sejatinya justru menjadi awal masuknya bangsa penjajah dari berbagai belahan dunia. Adanya perasaan iba, didukung eksistensi penguasa adidaya kala itu, Inggris membuka akses masuk, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi negara. Bahkan bisa leluasa mengakui (klaim) suatu wilayah dengan menguasai dan mengatur suatu wilayah berdasar kebijakan mereka.
Tanah para Nabi, adalah alasan mereka untuk menguasai Palestina, suatu tanah yang diakui keberkahannya. Menghembuskan nilai-nilai kejahatan dalam pemikiran manusia dan menanamkannya, membentuk persepsi bahwa mereka telah berhasil satu langkah lagi setelah merubah, menambah isi kitab suci berikut berusaha membunuh para nabi. Entah akan ada tragedi apa lagi…
Tapi bukankah usaha mereka gagal? Langkah jahat mereka senantiasa diiringi oleh perlawanan dan usaha untuk mengembalikannya kepada kebenaran. Seberapa maruk sebenarnya mereka?! Meski tidak terhitung perbuatan buruk mereka, dari hari ke hari, tahun berganti tahun menjelma perubahan zaman, akumulasi sebanyak dan seperti apa rupa tidak akan melenyapkan kebenaran, sebagaimana yang Allah simbolkan dengan al-Qur’an.
Kembali kepada Palestina, negara yang dihuni oleh oleh bangsa yang telah dipilih Allah sebagai pejuang sepanjang hidup mereka. Di mana hinanya? Kekurangberuntungan dunia justru adalah sekedar menontonnya tanpa berbuat sesuatu apa. Kerugian besar tatkala mendengar kabarnya, dan tidak tahu untuk berbuat apa dan tidak menemukan jalannya.
Jika persoalannya adalah perihal kebenaran, maka jalan keluarnya adalah dengan kembali ke sana. Para Nabi adalah orang-orang dengan derajat tinggi di sisi Tuhan, dan itu juga diukur dengan tingkat cobaan yang dihadapi mereka, baru kemudian yang mengikuti mereka dan selanjutnya, dan selanjutnya. Maka sudah barang tentu, berjalan dalam kehidupan menuju ridlo Tuhan adalah tidak hanya ilmunya namun juga jalan keluar dari berbagai persoalan.
Sekarang mari kita perbincangkan suatu pandangan tentang “ikrom” atau pemuliaan. Sebagai bangsa yang mulia, bagaimana memuliakan Palestiana dari kita yang kadangkali jauh lebih banyak memilih urusan dunia? Palestina, atau (berbagai) pihak penjajah, yang bahkan militer diikuti negaranya yang sudah berada diambang kepecundangan dalam peperangan yang mereka mulai sendiri? Ini menjadi alasan mengapa salah satu ajaran ini digarisbawahi. Atau mungkin terdapat materi lain yang dapat ditawarkan.
Maka membincang Bangsa sebesar Palestina, jangankan ilmu, sejatinya penyebutan namanya hanyalah ungkapan karena tidakpahaman belaka tentang kebaikan yang sesungguhnya, baik terhadap konsep, sikap atau bahasa. Kiranya artikel ini dapat mempengaruhi (positif) para pengguna media sosial (sosmed).
Satu sisi tidak ingin berlepas diri dan hendak memberi kontribusi dan sebisa mungkin menghindari rasa kebersalahan, dan di sisi lain berusaha untuk menghindari sikap tidak adil, semena-mena atau bahkan jauh dari kebenaran. Namun satu hal yang hendak penulis pesankan , jika menelisik awal mula persoalan kebangsaan di tanah Palestina dari kemanusiaan, maka make sense sikap yang diambil adalah untuk mengutamakan jalinan keimanan yaitu ukhuwah Islamiyah.
Selain ikatan tersebut diakui secara literatur Keislaman, serta yang paling kuat dalam suatu hubungan, lantaran berbagai penyebab, saudara dalam ikatan Keislaman perlu ada peningkatan, sebab bisa jadi tepat, bahwa yang dibutuhkan untuk ditegakkannya kebenaran dunia saat ini adalah itu, termasuk yang terjadi di Palestina. Penulis kira kita sudah cukup kuat.
**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow