Enam Catatan Akhir Tahun 2023 dan Awal 2024 Oleh ; Rudy Rahabeat, Pendeta Gereja Protestan Maluku

oleh
oleh
Rudy Rahabeat. FOTO : DOK. PRIBADI

Tanpa terasa kita telah tiba di tapal batas 2023 dan siap melangkah di tahun 2024. Apa saja yang telah kita rengkuh, apa yang tercecer dan yang perlu kita benahi lagi? Waktu bukan semata soal urutan angka (kronos) tetapi juga kesempatan (kairos) untuk terus menata hidup agar semakin bermakna dan berdampak. Berikut lima catatan reflektif dan proflektif sederhana jelang akhir tahun 2023 dan songsong tahun 2024.

Pertama, membeli dan membaca buku. Di era digital saat ini membaca buku cetak mungkin makin berkurang. Tetapi menurut saya buku tercetak masih perlu dibaca dan dibeli. Berapa buku yang telah dibaca setahun ini. Berapa buku yang dibeli sepanjang tahun ini. Kita juga patut berterima kasih dan mengapresiasi para penulis buku. Semoga di tahun baru nanti dapat dipertimbangkan kebiasaan membaca dan membeli buku tercetak, minimal satu buah setiap bulan. Kebiasaan membaca perlu terus ditingkatkan.

Membaca buku utuh membuat kita memiliki wawasan yang utuh pula, tidak sepotong-sepotong (parsial). Di era digital ini memang telah tersedia bacaan berlimpah di internet, termasuk buku elektronik (ebook) dan jurnal-jurnal. Tetapi kita sadari ada keterbatasan bacaan elektronik itu. Membaca memperluas wawasan, memberi nutrisi dan membuat kita dapat memahami berbagai perubahan serta solusi-solusi terhadap kompleksitas masalah hidup. Membaca buku dapat membuat kesehatan mental kita makin bagus, termasuk membantu kita untuk dapat berbagi dengan orang lain. Membaca merupakan satu dan empat unsur budaya literasi yakni; membaca, berdiskusi, menulis dan berbagi (gagasan dan pikiran).

Kedua, memperkokoh solidaritas kemanusiaan. Perang masih terjadi di tahun 2023, salah satunya di jalur Gaza. Perang tidak membawa manfaat apa-apa bagi kemanusiaan. Justru ketika perang terjadi terbangun solidaritas kemanusiaan yang berpihak kepada kehidupan. Demikian pula para pengungsi Rohingya harus berjuang mempertahankan hidup karena perbedaan agama. Perbedaan agama jangan membatasi solidaritas kemanusiaan. Agama-agama mengajarkan hidup damai dan rukun, bukan pertikaian dan perang. Maka jadilah pembawa damai dan pejuang kemanusiaan.

Solidaritas kemanusiaan bertolak dari belarasa (compassion) terhadap sesama. Peduli dengan mereka yang miskin dan para korban. Kesenjangan antara Utara dan Selatan, oligark dan rakyat jelata perlu dijembatani atas nama kemanusiaan yang adil dan beradab. Sepanjang tahun 2023 apa saja jejak-jejak solidaritas kemanusiaan telah kita teguhkan, apa komitmen kita untuk terus memperkokoh solidaritas kemanusiaan? Semua ini bertolak dari pengakuan bahwa di hadapan Sang Pencipta semua manusia setara. Olehnya berbagi pelecahan dan perendahan harkat kemanusiaan atas nama apapun harus dilawan. Mari memperjuangkan penegakan harkat kemanusiaan di tahun 2024 dan tahun-tahun seterusnya.

BACA JUGA :  KTT ASEAN, Menhub : Sarana dan Prasarana Transportasi di Labuan Bajo Telah Siap

Ketiga, partisipasi merawat alam. Isu ekologis merupakan isu global dan perenial. Setiap insan bertanggungjawab memelihara dan menjaga alam semesta ini. Dalam bentuk saja saja sepanjang tahun ini kita mewujudkan tanggungjawab merawat alam. Mulailah dari hal-hal yang sederhana, membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaaan sampah plastik, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang menguras bahan bakar minyak, termasuk menanam pohon pelindung.

Langkah-langkah kecil menjaga dan merawat alam kiranya dapat kita tingkatkan di tahun baru 2024. Demikian pula advokasi lingkungan hidup harus terus dioptimalkan. Kerusakan lingkungan karena industri pertambangan, juga perkebunan kelapa sawit perlu dikritisi. Kita harus menjadikan alam sebagai sahabat sehingga tidak dengan serakah mengekploitasi alam untuk kesenangan diri sendiri. Kita jaga alam, alam jaga kita.

Keempat, partisipasi politik etik. Politik bukanlah hal yang tabu. Politik merupakan salah satu medan pelayanan bersama. Apa saja yang sudah kita lakukan dalam rangka tanggungjawab politik kita. Menjadi warga negara yang baik. Membayar pajak, mendukung program pemerintah secara kritis. Menciptakan suasana aman dan damai demi berlangsungnya pemilihan umum yang damai. Menggunakan hak pilih dalam pemilu. Hindari golput, politik uang, politik sektarian.

Kembangkan politik yang inklusif, mendorong partisipasi dan peran perempuan, perhatian kepada para disabilitas dan korban. Kita doakan pemilu 14 pebruari 2024 berjalan sukes, para caleg siap menang siap tidak menang. Tidak usah stress apalagi depresi berat jika belum terpilih. Nikmatilah politik dengan riang gembira. Lebih daripada itu politik adalah sarana melayani sesama dan semesta. Jika menjadi pemimpin (politik) jadilah pemimpin yang mengayomi bukan yang menindas dan mementingkan diri atau kelompok sendiri. Jadilah pemimpin yang membawa damai dan berkat bagi semua orang dan semesta ciptaan.

BACA JUGA :  Ditresnarkoba Polda Maluku Tangkap Caleg PAN dan Oknum PNS Narkoba

 

Kelima, kerja dan kinerja prima. Manusia adalah homo laboran (makluk pekerja). Sepanjang tahun 2023 kita sudah bekerja atau malah tidak memiliki pekerjaan (pengangguran). Kita harus mencari dan atau menciptakan lapangan kerja. Orang yang tidak bekerja jangan diberi makan, begitu kata Santo Paulus. Banyak sarjana telah dihasilkan, tetapi lapangan kerja semakin sulit didapatkan. Jangan putus asa. Teruslah berjuang. Jika sudah mendapatkan pekerjaan, bekerjalah dengan kinerja yang baik dan prima. Jangan asal-asalan, apalagi malas-malasan. Kerja mesti dimaknai sebagai ibadah. Dengan begitu kita akan bekerja dengan optimal dan sukacita. Kiranya di tahun 2024 kerja dan kinerja semakin meningkat dan hasilnya membawa maslahat bagi diri, keluarga, sesama dan semesta.

Keenam, kematangan spiritualitas. Aneka masalah hidup, terpaan bencana alam dan non alam yang datang silih berganti, berpotensi menggoncangkan ketahanan diri dan ketangguhan persona. Masalah kesehatan mental (mental health) menjadi salah satu trend yang menguat di tahun 2023 dan nantinya 2024. Salah satu cara mengatasinya dengan memperkuat spiritualitas. Selain kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional maka kecerdasan atau kematangan spiritual patut ditingkatkan.

Agama-agama merupakan instansi yang sangat singnifikan dalam memperkuat kematangan spiritual. Agama-agama jangan terjebak dalan ritualisme dan formalisme melainkan perlu memberi ruang bagi upaya-upaya pematangan spiritualitas. Spiritualitas tidak diukur dengan banyaknya pengikut, megahnya gedung ibadah, banyaknya ritual-ritual, tetapi lebih pada kepasrahan kepada Sang Ilahi, kepekaan merasa derita sesama dan alam, tekad serta tindakan untuk peduli dan berbagi serta rela berkorban bagi sesama berlandaskan kasih yang tulus.

Terima kasih untuk kisah bersama sepanjang tahun 2023. Mohon maaf atas khilaf dan salah. Selamat melangkah di tahun 2024 dengan tetap saling menopang, saling mengasihi dan saling melengkapi. Tuhan menyertai tiap langkah (RR).

**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow

No More Posts Available.

No more pages to load.