Krisis Identitas, Problematika Remaja Indonesia Oleh: Wahyu Saptio Afrima

oleh
oleh
Wahyu Saptio Afrima. FOTO: DOK PRIBADI

REMAJA adalah masa peralihan dari anak- anak menuju dewasa. Menurut Kementrian Kesehatan Indonesia (Kemenkes RI), remaja adalah anak dengan  rentang usia 10- 18 tahun. Remaja adalah masa mencari jati diri, mengeksplorasi semua yang ada dalam diri dan lingkungannya. Apakah masa remaja berjalan dengan mulus?. Tentu saja tidak. Remaja identik dengan rasa ingin tahu yang tinggi, ternyata sifat ini juga menjadi bumerang bagi remaja.

Masa remaja adalah masa yang sangat membutuhkan perhatian, pengawasan, pendidikan karakter dan bimbingan dari keluarga. Didikan semasa remaja berperan besar menentukan jalan menuju masa depan seorang anak. Jika seorang anak gagal menemukan jati diri dimasa remaja, hal ini akan berdampak besar bagi kehidupan selanjutnya.  Mereka akan terombang ambing dalam arus kehidupan tanpa arah yang jelas. Bagi remaja yang mendapat didikan yang tepat dari orang tua, lingkungan yang baik. Mereka akan menjadi seseorang yang percaya diri, memiliki prinsip dan lebih terarah.

Berbeda dengan remaja yang kurang mendapatkan perhatian, didikan keluarga, serta lingkungan yang kurang baik. Mereka cenderung tumbuh tanpa pandangan hidup yang jelas, mudah terjerumus dalam pergaulan dan perbuatan yang tidak baik. Mereka mengalami krisis identitas, tidak percaya diri, dan tidak memiliki prinsip yang jelas dalam hidup.

Krisis identitas merupakan konflik atau masalah yang muncul dalam diri seseorang ketika Ia kerap mempertanyakan semua hal yang berkaitan dengan dengan dirinya. Seperti mempertanyakaan siapa dirinya, untuk apa dia hidup, dan kenapa semua yang ada dalam hidup nya terjadi. Krisis identitas juga berdampak pada pembentukan karakter seseorang, mereka cenderung sulit mengelola emosi, dan memecahkan masalah. Mengelola emosi dan memecahkan masalah adalah life skill yang harus dimiliki oleh semua orang, khususnya remaja.

Hari ini banyak remaja yang salah dalam memahami cara bersikap yang baik dalam pergaulan. Rela melakukan apapun agar orang lain senang berteman atau berinteraksi dengan mereka. Melakukan hal- hal yang berada diluar kapasitas mereka, dan berusaha memenuhi seluruh ekspektasi orang lain. Kekeliruan dalam bersikap inilah sebenarnya yang harus disadari oleh remaja. Mereka mempunyai hak untuk menolak dan memberi batasan terhadap hal- hal yang tidak disukai.

BACA JUGA :  Banjir Hingga Longsor Terjadi di Ambon, Ini Lokasi Terdampak

Beberapa  sikap yang harus dimiliki untuk mencegah krisis identitas adalah, Pertama remaja harus memahami bahwa segala yang ada pada diri mereka adalah anugerah terbesar dan terbaik yang diberikan Tuhan. Mereka  harus sadar bahwasanya apa yang dimiliki adalah hal terbaik dan sempurna yang Tuhan beri. Tuhan selalu menciptakan sesuatu dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing- masing. Tutuplah kekurangan dengan kelebihan yang dimiliki.

Remaja harus percaya diri, tanamkan dalam diri bahwa kita bisa melakukan apapun dengan cara berusaha mengasah setiap potensi yang dimiliki. Sugesti atau pengaruhi otak dan pikiran, bahwa setiap orang adalah pahlawan atas hidupnya. Percayakan seutuhnya pada diri sendiri bahwa kita yang akan menentukan langkah hidup. Bergabung dengan  komunitas positif dan cari teman yang baik, sebab lingkungan positif berdampak besar bagi mental dan masa depan remaja.

Kedua, jangan memikirkan hal- hal negatif yang dikatakan orang lain. Manusia  hanya  mampu mengendalikan pikiran, respon, sikap dan tindakan diri sendiri, tetapi  manusia tidak dapat mengendalikan sikap, persepsi dan respon orang lain (How To Be Free, 2021). Tidak semua perkataan dan komentar negatif harus didengarkan. Fokus dengan tujuan, sebab kita tidak bisa memaksa semua orang untuk  bisa memahami apa yang kita pikirkan .

Ketiga, jangan insecure atau  minder ketika melihat orang yang lebih dari kita. Misalnya ketika melihat orang yang lebih tampan atau cantik. Sebenarnya cantik dan tampan adalah hal yang relatif, cantik dan tampan tidak harus berkulit putih. Tetapi selama ini banyak orang  memiliki mindset (cara berpikir) yang keliru bahwa orang cantik atau tampan harus berkulit putih. Setiap orang cantik dan tampan, tetapi sesuai porsinya masing- masing, tidak ada standar yang menentukan hal tesebut.

Banyak orang juga merasa minder ketika melihat orang lain atau temannya mempunyai banyak prestasi, merasa diri mereka lebih bodoh dan tidak seberuntung orag lain. Perlu disadari bahwa tidak ada orang bodoh di dunia ini, ketidakmampuan seseorang dalam melakukan sesuatu bukanlah sebuah kebodohan, banyak hal yang mempengaruhi, bisa saja karena tidak menemukan guru yang tepat, metode belajar yang kurang mendukung atau kurangnya latihan (Mindset, Carol S. Dweck PH.D).

BACA JUGA :  Penonton Bongkar Barisan Joged Cha-Cha di Lapangan

Terakhir, belajarlah menerima. Menerima segala kelebihan dan kekurangan, jangan fokus pada kekurangan tetapi teruslah untuk meng upgrade kelebihan yang dimiliki. Jangan berhenti berusaha hanya karena memiliki kekurangan, tetapi jadikanlah kekurangan sebagai motivasi untuk berjuang lebih keras. Lakukan semaksimal mungkin apapun yang dikerjakan, apapun hasilnya itulah bentuk terbaik dari usaha kita.

Jangan pernah ingin menjadi orang lain, boleh saja mengidolakan seseorang, tetapi jangan bercita- cita menjadi copy an dari seseorang yang kita idolakan. Jadilah seseorang yang berbeda yang akan diingat dengan karakter kita sendiri. Jangan menitipkan kebahagiaan pada orang lain, benda, harta atau materi lainnya, sebab jika semua itu hilang maka kita akan merasa kehilangan segalanya.

Semua hal diciptakan sesuai peranan masing-masing, jadilah porsi terbaik menurut diri sendiri. Berusaha semaksimal mungkin, lakukan upaya terbaik dalam mengerjakan apapun. Ketika telah melakukan usaha yang maksimal, apapun hasilnya berarti itulah hasil terbaik atas semua usaha kita. Belajarlah menerima segala hasil dari setiap perjuangan, lihatlah dari sudut pandang positif apapun hasilnya, jika semua itu telah dilakukan tanamkanlah rasa puas dalam hati. Apresiasi diri setelah melakukan hal sekecil apapun, dan jangan pernah mengharapkan  validasi atau pengakuan dari orang lain.

Penulis lahir di Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Mahasiswa angkatan 2022 Prodi Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas. Duta Genre kabupaten Padang Pariaman tahun 2023.

Bisa dihubungi melalui:  Whatshaap: 083145967641

Email: [email protected]

**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow

No More Posts Available.

No more pages to load.