Catatan Dari Pulau Damer (4) Oleh: Rudy Rahabeat, Pendeta GPM

oleh
oleh
Pulau Damer. FOTO : Dok. Rudy Rahabeat

DUDUK di teras depan pastori Jemaat GPM Bebar Barat di Pulau Damer sembari memandang lautan teduh tak bergelombang, suatu panorama yang memesona. Pastori yang letak di ketinggian ini menawarkan view yang indah dan menawan. Beberapa hari yang lalu angin menderu, mengocok-ngocok perut samudera dan memendar menjadi gelombang yang bising. “tebing-tebing gelombang” frasa Pendeta Roby Mamuly, Ketua Klasis GPM Damer yang sudah 11 tahun melayani di pulau yang memiliki gunung api aktif itu, gunung Buarlali atau Wuarlali.

 

Di sebelah kiri teras pastori mata memandang Jemaat GPM Kumur yang mungil. Desa Kumur dan Bebar Barat dipisahkan sebuah sungai. Saat ini sedang dibangun jembatan beton yang menghubungkan dua desa tersebut. Tahun lalu saya sempat datang di Kumur untuk meresmikan gedung gereja Imanuel. Saya menduga nama gedung gereja ini diberikan oleh orang-orang Belanda. Secara umum pemerintah Belanda kala itu memberi nama Imanuel bagi daerah-daerah yang dianggap sebagai pusat kendali pemerintahan. Gereja GPIB Imanuel Gambir di Jakarta, gereja Imanuel (gereja Ayam di Ternate), gereja GPIB Imanuel di Watampone (Bone Sulawesi Selatan), dll merupakan jejak-jejak sejarah itu. Bapak Pomeo, seorang warga Kumur menyebutkan di desanya dulu ada sebuah benteng yang didirikan oleh Belanda.

Rupanya benteng itu merupakan salah satu kubu pertahanan untuk mengawasi perdagangan cengke dan pala. Pulau Banda berbatasan pula dengan pulau Damer. Ketika ditanya batas lautan, spontan warga menjawab berbatasan dengan Laut Banda. Pendeta Roby Mamuly menyebutkan bahwa pelabuhan di Damer dulu terletak di depan Desa Kumur ada sebuah pelabuhan namanya Wilhelmus. Nama yang meningatkan nama Raja Belanda kala itu.

 

Pulau Damer terletak di Kabupaten Maluku Barat Daya. Damer merupakan salah satu kacamatan di Kabupaten yang bertajuk Kalwedo tersebut. Pulau ini boleh dibilang merupakan pulau yang subur, mugkin juga karena ada sebuah gunung api di pulau itu. Selain pisang dan kelapa serta tanaman pangan lainnya, cengke dan pala merupakan tanaman produktif di pulau Damer. Hanya saja masalah klasik yang dihadapi pulau-pulau kecil adalah transportasi dan pemasaran. Pendeta Steven Oita, M.Si, Ketua Majelis Jemaat GPM Bebar Barat mencuatkan hal itu pada Sidang ke-16 Klasis GPM Damer yang berlangsung di Jemaat GPM Batu Merah, Desa Amaya 21-22 Maret 2024. Menurut alumni magister Sosiologi Agama UKSW Salatiga itu, perlu langkah terobosan untuk mengatasi kebuntuan tersebut.

BACA JUGA :  Pemkot Ambon Buka Lowongan 387 Formasi CPNS, Cek Rinciannya

Di era pasar global saat ini, mesyarakat tidak bisa hanya bergantung pada ekonomi subsisten. Meresponi hal tersebut, koleganya Pendeta Nancy Botter-Siahaya, M.Si melihat adanya peluang melalui program pemerintah yakni Tol Laut. Alumna magister Sosiologi Agama UKSW ini juga mencermati pentingnya langkah pemerintah untuk mempemudah izin usaha rakyat, serta jalur transportasi yang efektif untuk memasarkan hasil-hasil bumi di pulau Damer.

 

Fenomena lain yang teramati di pulau Damer adalah akses komunikasi berbasis internet. Hampir di semua desa di pulau Damer telah terpasang tower internet. Hanya saja sinyalnya tidak selancar di kota-kota besar. GSM, Geser Sedikit Mati, atau malah tidak hidup sama sekali. Hal ini mesti mendapat perhatian pemerintah dan pihak terkait.

Program transformasi digital yang dicanangkan pemerintah kiranya betul-betul direalisasikan di pulau-pulau kecil. Demikian pula tiang-tiang listrik telah berdiri menghubungkan desa-desa. Sayangnya hingga saat ini lampu belum menyala. “Dalam tahun ini rencananya lampu PLN bisa menyala” ungkap Bapak Wem Rumlaklak, kepada Dusun Bebar Barat yang merupakan dusun dari Desa Bebar Timur. Harapan yang sama disampaikan Pendeta Eklin Amstor De Fretes, Ketua Majelis Jemaat GPM Bebar Timur.

Saat berada di Desa Wulur yang merupakan ibukota kecamatan Damer, sudah berfungsi sebuah jembatan beton yang menghubungkan Desa Wulur dan Desa Kehli. Seratus meter setelah jembatan itu ada sebuah tugu perdamaian yang mengajar kedua desa tetangga itu untuk hidup rukun dan damai. Lalu di belakang kantor Camat Damer sedang dirintis jalan raya yang menghubungkan desa-desa di pulau Damer. Proyek yang sama dengan diupayakan di Desa Ilih menuju Desa Kehli. Besar harapan dalam waktu yang tidak lama sudah ada jalan lingkar pulau Damer yang membuka akses transportasi dan distribusi guna percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Juga bangkitnya dunia pendidikan pada jenjang dasar hingga menengah guna peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Damer yang cerdas lahir dan batin.

BACA JUGA :  Puluhan CPNS Di Kota Ambon Diberikan Pelatihan Hadapi Tes CPNS 2018

 

Kembali ke teras depan pastori Bebar Barat. Laut tak selamanya tenang, pasti ada badai dan gelombang. Tetapi untuk itu Pendeta Mamuli mengingatkan kata-kata hikmat dari orang-orang di pulau Lakor Maluku Barat Daya: “Jika takut bermain ombak, jangan berumah di tepi pantai”. Inilah spiritualitas anak-anak pulau. Tantangan dan hambatan adalah santapan harian. Selalu ada harapan bahwa hari esok yang cerah, bukan sebuah lamunan. Profesor Aholiab Yapy Waltoly, guru besar Filsafat Universitas Pattimura adalah sebuah kesaksian. Putra pulau Damer kelahiran desa Ilih ini merupakan salah satu inspirasi dan pemicu nyali untuk bangkitnya mesin eksistensi generasi Damer yang tangguh yang eksis di pentas lokal, nasional bahkan global. Tunggu apa lagi, ayo panggayo bersama.

Tomaaa maju, jangan undur eee. Kalwedo ! (rr)

**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow

No More Posts Available.

No more pages to load.