Secara klasik kita mengenal Tri ketahanan gereja yakni ketahanan iman, ketahanan ilmiah dan ketahanan sosio-ekonomi. Sinode GPM periode 2021-2025 menggulirkan Tri GKM (Gerakan Keluarga Menanam, Melaut, Memasarkan) yang merupakan salah satu jembatan emas menuju ketahanan ekonomi jemaat. Bagaimana proses, progress dan keberlanjutan kegiatan yang strategis ini?. Berikut sedikit catatan reflektifnya.
Sinode Gereja Protestan Maluku dan Klasis Kairatu bersama Yayasan Partisipasi Pembanguan (Parpem) tetap melakukan pencanangan “Gerakan Keluarga Menanam” meski dalam kondisi diguyur hujan. Pencanangan dimulai dengan ibadah syukur yang dipimpin Pendeta Lenny Bakarbessy bertempat di Negeri Uraur, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Sabtu (11/9/2021 ). Informasi ini disampaikan salah satu media online, Koreri.com. Selanjutnya, pada tanggal 22 Agustus 2022, Siwalimanews.com merilis berita bertajuk “Gerakan Keluarga Melaut Dicanangkan. Kegiatan ini berlangsung di Dobo Klasis PP Aru.
Seiring langkah para aras Sinodal itu, maka sejak tahun 2021 berbagai upaya menghidupi Tri GKM tersebut dilakukan. Ada yang masih sporadis, ada yang makin sistematis dan berkelanjutan. Semua itu perlu dipedulikan oleh semua pihak dan semua aras (Jemaat, Klasis, Sinode) agar tujuan mulia memperkuat ketahanan ekonomi umat itu makin nampak di tengah kondisi ekonomi yang makin rentan dan berkontribusi bagi naiknya angka kemiskinan. Jika ditilik secara historis tahun 1997 juga digulirkan program TAPEK = Tahun Pengembangan Ekonomi Keluarga. Semuanya merupakan cara gereja untuk memberdayakan ekonomi umat berbasis keluarga.
Untuk menyebutkan satu contoh, Pendeta Yan Hattu, Ketua Majelis Jemaat GPM Kawatu Klasis Kairatu merupakan salah seorang Pendeta pionir yang menggalakan GKM berbasis jemaat itu. “ Pendeta Yan Hattu, Ketua Majelis Jemaat GPM Kawatu, Klasis Kairatu, patut disebut sebagai pionir dari Gerakan Keluarga Menanam di GPM. Semenjak masih melayani di Jemaat GPM Bumei Sefluru, Klasis Masohi, ia menggerakkan perkebunan patatas/ubi jalar di kebun Jemaat dan kebun milik warga gereja” tulis Ketua Sinode GPM pada laman website sinodegpm.com (30 Maret 2024). Demikian pula para pendeta atau warga jemaat lainnya yang sedang menggalakan GPM berbasis keluarga dan jemaat. Tentu Klasis-Klasis lainnya juga sedang menggalakan GKM-GKM dimaksud.
Diharapkan setiap pelayan warga jemaat terus intensif mengembangkan potensi ekonomi keluarganya. Sebab jangan sampai lahan-lahan dibiarkan tidur padahal bisa diolah sebagai sumber ekonomi. Demikian pula potensi lautan yang sangat luas. Sebagai contoh, Bupati Kepulauan Aru, dr John Gonga pernah mengusulkan gerakan menanam cabe (cili) di kalangan warga jemaat. Usulan ini tentu merupakan antisipasi untuk mengatasi inflasi ekonomi. Setiap pekarangan umat dapat ditanami berbagai jenis tanaman produktif yang dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga, bahkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan keluarga. Tentu, jaringan distribusi dan pemasaran dalam konteks gereja laut pulau harus benar-benar ditata dan dikembangkan, sembari terus bekerjasama dan kolaborasi dengan pemerintah maupun swasta.
Pdt Daniel Wattimanella, Kepala Biro Ekonomi Politik Sosial Budaya Sinode GPM pada suatu kesempatan menyampaikan rencana kegiatan monitoring dan evaluasi Tri GPM guna melihat progress dan prospek serta dampak Tri GKM dalam kaitan dengan percepatan ketahanan ekonomi umat. Hal ini menjadi penting agar terus mendorong penataan dan pengembangan Tri GKM sebagai salah satu cara gereja terlibat dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat dan masyarakat. Tepatlah apa yang dikonstatir oleh Ketua Sinode GPM, Pdt E T Maspaitella, bahwa kita perlu mengarusutamakan (mainstreaming) Tri GKM sehingga gerakan ini terus berlangsung terencana, terstruktur, massif dan berkelanjutan. Ingatlah motto GPM “Aku menanam, Apolos menyiram tetapi Allah yang memberi pertumbuhan (1 Kor.3:6). (RR)
**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow