TERASMALUKU.COM,-AMBON-Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Maluku angkat bicara responi pernyataan Ketua Harian KONI Maluku, Mustafa Kamal.
Pengurus Provinsi (Pengprov) FPTI Maluku menilai pernyataan Kethar KONI Maluku, Mustafa Kamal terhadap federasi tersebut tak tepat dan terkesan kebakaran jenggot.
Ditegaskan, FPTI Maluku kantongi satu tiket PON PON Aceh-Sumut cabang olahraga (cabor) panjat tebing. Maluku lolos pada kualifikasi yang disampaikan FPTI Pusat.
Namun justru KONI Maluku-lah yang tak mengakomodir dengan dalih anggaran terbatas.
“Terkait dengan pernyataan Ketua Harian KONI Maluku, saya mau sampaikan kepada ketua harian ya, FPTI Maluku itu mendapatkan satu tiket ke PON Sumut (PON XXI/2024 Aceh – Sumatera Utara, tapi tidak diakomodasi oleh KONI (Maluku) karena katanya anggaran terbatas, disiapkan hanya untuk (cabor) yang lolos Pra PON, kita lolos pada kualifikasi yang disampaikan FPTI Pusat,”tegas Sekretaris Pengurus Provinsi FPTI Maluku, Dadang Ujur di Ambon, Selasa (24/9/2024).
Penghitungan di FPTI beda dengan yang lain, setelah Pra PON dilakukan evaluasi sehingga ada penambahan kuota tiga cabor, satu diantaranya FPTI Maluku dapat satu tiket.
Surat dari FPTI sudah ada, surat dari KONI Pusat juga ada, disodorkan ke KONI Maluku katanya biayanya terbatas.
“Suratnya masih ada sudah dikasi ke KONI, tanya sekretaris KONI, tapi dengan alasan keterbatasan anggaran, kita nggak dikirim, teman-teman di FPTI bisa memahami itu makanya kita putuskan untuk kita tidak usah kesana (PON). Jadi salah juga kalau dia bilang kita nggak lolos PON, artinya dia tidak punya informasi yang baik,”sebutnya.
Terkait pembinaan atlit, FPTI Maluku juga balik serang Kethar KONI Maluku.
FPTI biayai sendiri pelatihan atlit jelang Pra PON. Sementara KONI Maluku hanya biayai transprot namun itupun tak seberapa. Begitu juga peralatan yang diminta, tak diakomodasi KONI.
“Tiga bulan kita melakukan pelatihan mandiri, yang dibiayai KONI transportnya tidak cukup, per atlit hanya 200 ribu perbulan, alat-alat yang diminta juga tidak semua diakomodasi. Dan tiga bulan pembinaan itu sampai di Makassar itu FPTI yang biayai secara mandiri. Pada saat untuk ikut Pra PON, berapa yang KONI kasi? Jangan asal menuduh dan sebagainya,”tuturnya.
Jika punya fasilitas yang memadai, bisa menyumbangkan emas.
“Kita belum punya venue yang lengkap, tapi kita bisa mengirim satu atlit di PON Papua, kita ikut Kejurnas di Aceh, siapa yang biayai, KONI? Jadi saya mau sampaikan, salah kaprah ketua harian KONI. Jadi saya mau luruskan, pembinaan atlit FPTI dibiaya sendiri, kalau soal tiket kita dapat, pada saat Pra PON,”tegasnya lagi.
Sebagai induk organisasi olahraga, KONI Maluku harusnya melek kritikan. KONI Maluku harus bisa evaluasi dan koreksi diri jika dikritik.
“Tugas federasi sebagai bagian daripada KONI kita mengkritik apa salahnya. Ya kalau dikritik ya evaluasi, bukan mau melakukan debat mencari-cari alasan. Coba KONI introspeksi,”ucapnya.
“Kalau misalnya cabang olahraga dibawah KONI tidak berkembang yang salah siapa? kan begitu. Saya kira apa yang disampaikan ketua harian (KONI) itu dia yang tidak paham pembinaan. Yang kita kritik adalah prestasi Maluku di PON, kok marah,”tandasnya.
“Kalau mau olahraga ini maju, dikritik ya evaluasi, bukan dikritik balik menyerang federasi atau cabang olahraga yang mengkritik. Itu namanya tidak dewasa,”tandasnya.
Penulis : Ruzady Adjis
**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow