Menyongsong Pulau Buru Kedepan Yang Lebih Baik Melalui Pemimpin Yang Dipilih Hari Ini Oleh : Nursalima Yoisangaji

oleh
oleh
Nursalima Yoisangaji, Aktivis Perempuan Pulau Buru. FOTO : DOK. PRIBADI

Secara global kita mengetahui bersama bahwa kemajuan dan kesejahteraan rakyat dominan berada pada tindakan pemimpinnya, implementasinya sebagai sebuah kerangka sosial yang dapat meneropong jalannya atau tidak roda kehidupan dari suatu wilayah. Apakah dengan hadirnya figur atau nahkoda yang telah dimantapkan untuk pilihan nanti adalah orang yang tepat untuk kemajuan daerah atau tidak, atau bahkan sebaliknya. Sebab pada saat-saat seperti ini masyarakat terlalu sibuk dengan kepentingannya masing-masing, yang notabene berlaku pada jangka pendek.

Hari ini tepatnya kita diperhadapkan dengan pemelihan kepala daerah (PILKADA) dimana nasib sebuah daerah kedepan ada pada siapa yang kita pilih, pesta demokrasi adalah hak setiap warga negara yang mutlak milik pribadi. Pilihan hari ini akan membawa dampak diasaat-saat mendatang, itulah kenapa seleksi secara seksama untuk memilih seorang pemimpin jauh lebih berbobot dibandingkan menyerapi pesta demokrasi dengan langkah-langkah yang inkonstitusional, secara abstarak masyarakat masih dengan metode analisis pesta demokrasi yang klasik yakni political fragmentasi maksudnya bahwa pada politik ini dibuatnya sekat-sekat antara tiap-tiap golongan terntentu sebagai perumusan para jejaringnya sehinga keistimewaan dari sebuah momentum yang sangat berharga ini tidak mampu menjamin etos yang ideal bagi seorang pemimpin.

Disamping penantian momentum PILKADA, masyarakat Buru juga diperhadapkan dengan bertambahnya usia Kabupaten Buru yang ke-25 tahun tepatnya pada tanggal 12 Oktober 2024 mendatang. Secara tersirat banyak harapan yang lahir dari dua kesempatan besar ini, agar kiranya bagi siapa pun yang telah ditetapkan sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati Buru adalah mereka orang-orang yang benar-benar dengan nawaitu untuk membangun Pulau Buru yang lebih baik kedepan. Berani menjadikan Pulau Buru yang lebih baik walau dengan perspektif atau jangkauannya masing-masing, tampil dengan kapabilitasnya sebagai wujud tonggak masyarakat nanti,

Pulau Buru membutuhkan pemimpin yang visioner punya integritas yang tinggi untuk membangun Pulau Buru pada setiap masanya, loyalitas sebagai seorang pemimpin yang dicita-citakan, pesta demokrasi adalah wujud dari politik. Goals-nya  yaitu semua masyarakat mendambahkan seorang pemimpin yang berjiwa nasionalisme, serta bertanggungjawab yakni seorang pemimpin yang lahir dari politik yang sehat, pada momentum-momentum tertentu seperti PILKADA sekarang ini orang-orang mudah tampil dengan topengnya dan berdiri di podium menyampaikan vivi dan misi yang dapat menghipnotis masyarakat untuk turut menjadi bagian dari garis lingkaran mereka, tidak ada eksepsi yang layak dipertahankan selain besarnya rasa terima untuk dipertimbangkan sebagai kunci yang mampu membuat dobrakan baru yang inovatif.

Aspirasi masyarakat tentang nasib daerah hendaklah didengar untuk dijadikan bahan evaluasi, sebab produktifitas kelompok terkadang tidak mampu terdeteksi oleh sebagian kelompok tersebut, sehinga Pulau Buru mengginginkan nahkoda yang welcome, responsive dan tidak tunduk pada kekuasaannya semata. Jelas sejak dulu sampai saat ini masyarakat hidup dengan pintanya agar sebisanya wilayahnya memiliki nilai tambah yang bermuatan nilai-nilai baru dan juga konservatif, jika dikutip dari karangan M.Quraish Shihab, beliau mengatakan bahwa untuk menjadi orang pemimpin yang baik maka seseorang terlebih dahulu mencintai dan dicintai oleh rakyatnya atau orang yang hendak ia mimpin.

Dari sebuah pepatah diatas dapat dicermati bahwa ini adalah hubungan timbal balik antara pemimpin dan rakyatnya sebab satu kesalahan terkadang menghadirkan ketidakpedulian dan anggapan-anggapan yang hanya sebatas doktrin dari dalam diri sendiri, jadilah elemen terpenting untuk momentum PILKADA ini dengan cara memberikan hak kalian kepada siapa pun calon pemimpin yang punya rasa takut terhadap amanah besar yang berada pada pundaknya sehinga kegelisahan dan nasib masyaraktnya menjadikannya hadir dan merespon lebih cepat karena seorang pemimpin adalah sebaik-baiknya penyambung lida rakyat.

Perkembangan yang revolusioner bersifat membongkar sehinga ke akar-akarnya, perkembangan kebiasaan, walaupun cepat akan tetapi tidak membongkar akar atau watak yang telah menjadi kebudayaan suatu wilayah. Sebab didalamnya terdapat nilai-nilai yang menjadi dasarnya, perkembangan selalu dilandasi oleh nilai dasar yang menjadi pedoman mereka untuk merubah, memperbaruih, atau menghilangkan suatu bagian dari asupan-asupan itu jika tidak fungsional lagi pada lapisan materil.

Penulis : Nursalima Yoisangaji, Aktivis Perempuan Pulau Buru

**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow

No More Posts Available.

No more pages to load.