TERASMALUKU.COM,-AMBON– Bameti merupakan kearifan lokal sekaligus tradisi pemanfaat lingkungan alam pesisir sesuai kebutuhan warga.
Bameti telah mentradisi dalam kehidupan masyarakat yang menetap di pesisir Kepulauan Maluku, termasuk warga di Pulau Rhun.
Dalam upaya melestarikan budaya dan kearifan lokal serta mendongkrak nilai tambah pariwisata bahari, Yayasan Pendidikan Banda Naira (YPBN) menyelenggarakan kegiatan Festival Bameti di Pulau Rhun, Kecamatan Banda, Maluku Tengah, Maluku, Senin (19/11/2024).
Festival budaya bahari yang mendapat dukungan pendanaan dari program Danaindonesiana, Kemendikbudristek RI tahun 2024 ini, merupakan hasil eksebisi karya dari riset budaya yang dilaksanakan tim periset YPBN dipimpin ketua yayasan Dr. Muhammad Farid, M.Sos.
Warga Pulau Rhun sangat antusias menyambut festival ini. Pasalnya, lomba Bameti ini baru pertamakali dilaksanakan di pulau yang pernah ditukar dengan Manhattan, New York Amerika Serikat oleh Inggris dan Belanda melalui perjanjian Breda pada 1667 silam.
Camat Kepulauan Banda, Rusdi Saiman, dalam sambutannya memberikan apresiasi dan mensuport ide pelaksanaan festival budaya bahari tersebut.
Menurut dia, dengan diangkatnya Bameti sebagai kegiatan festival, akan menjadi nilai tambah untuk pengembangan parawisata di Pulau Rhun.
“Kegiatan ini merupakan upaya mengenakan potensi budaya dan kearifan lokal orang Pulau Rhun kepada masyarakat luas,” katanya.
Banda ke depan, kata Saiman, telah direncanakan oleh Bappenas RI akan dijadikan sebagai kota pesisir di kawasan Timur Indonesia.
Semoga rencana pemerintah ini dapat terwujud, sehingga bisa memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat Banda.
“Festival semacam ini akan menjadi destinasi wisata baru berbasis pesisir. Mari bersama menjaga Banda dan lestarikan sumber daya alam di laut,” ungkapnya.
Berkaitan dengan itu, ketua Yayasan Pendidikan Banda Naira, Muhammad Farid, mengatakan, festival Bameti bertujuan untuk merevitalisasi nilai Bameti, juga mengatur pemanfaat sumber daya pesisir secara maksimal.
“Kegiatan Bameti ini akan dijadikan monumental tahunan yang menjadi potensi parawisata bahari di Pulau Rhun,” ujar Farid.
Kegiatan Bameti diikuti sebanyak 100 orang warga yang berasal dari Pulau Rhun, laki-laki dan perempuan dewasa turut serta memeriakan festival ini.
Ada tiga kategori penilian untuk menjadi pemenang lomba, yakni peserta Bameti menjadi orang yang tercepat dalam mengambil sifud, terbanyak dan terberat.
Penilaian itu dilihat berdasarkan lima jenis biota laut yang diperoleh peserta Bameti. Syaratnya biota laut khusus diambil, yakni Cipu ranga, Cipu Lasui, Kariong, Sarawaki dan Gurita.
Hasil perolehan peserta lomba Bameti itu kemudian dilelang untuk disumbangkan kepada pembangunan masjid di Negeri Admistratif Pulau Rhun.
Untuk diketahui, sebelum kegiatan puncak festival budaya bahari, terlebih dahulu diisi dengan acara bersih pantai dan edukasi pala melalui program kewang hutan pala. Kegiatan ini melibatkan siswa MA Sairun Pulau Rhun, perwakilan komunitas mahasiswa dan alumni Universitas Banda Naira (UBN) serta mahasiswa KKN UBN, dengan melalaksanakan perkemahan di hutan pala Pulau Rhun selama dua hari dua malam.
Sedangkan pada puncak acara Bameti kegiatan dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni budaya, seperti tarian petik pala dari Pulau Rhun, tarian Sawat dari Pulau Ay dan pentas seni music dari komunitas budaya di Banda Naira. (***)
**) Ikuti berita terbaru TERAS Maluku di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow