Provokator Damai Itu Kini Menjadi Rektor IAIN Ambon Oleh: Rudy Rahabeat, Pendeta Gereja Protestan Maluku

oleh
oleh
Dr Abidin Wakanno. FOTO : DOK. PRIBADI

JALAN hidup tiap orang tiada seorang pun yang tahu. Sepanjang ia berjalan pada jalan yang benar dan tulus, ia pasti menemukan berkah dan kejutan-kejutan. Terkadang jalan itu penuh cobaan dan godaan, onak dan duri. Tetapi ketika ia konsisten pada nilai-nilai keutamaan (virtue) maka ia akan memetik buah yang manis, yang selanjutnya menjadi inspirasi dan motivasi serta berkah bagi orang lain.

Pertama kali jumpa dengannya tahun awal tahun 2000 di Hotel Gading Yogyakarta. Seperti kebetulan yang bukan kebetulan. Kami berjumpa bersama Dr Nico Schulte Nordholt, yang pernah mengajar di UKSW Salatiga dan sekarang tinggal di Belanda. Saya ingat Dr Nico memberi saya sebuah buku karangan Pierre Bourdieu, The Theory of The Practice. Dan pertemuan itu juga membuat saya meminta kesediaan Dr Nico menjadi pembimbing kedua tesis saya pada program magister ilmu religi dan budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Sebenarnya namanya sudah kerap di dengar. Ia adalah aktivis lintas iman yang militan selama studi di IAIN Alauddin Makassar. Saat melanjutkan studi S3 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta spirit itu terus menyala dan berkobar. Ia terlibat pada lembaga Dian Interfidei bersama pendeta Elga Sarapung, Zuly Qodir (kini Prof di Universitas Muhammadiah Yogyakarta) dan lainnya. Isu interfaith itu ia lakoni dan hidupi secara konsisten dan persisten hingga kini dan saya rasa selamanya.

Saat studi di Yogyakarta itu, ketika bara konflik Maluku masih menyala, kami membangun jembatan komunikasi dan relasi lintas iman di antar para mahasiswa Maluku di Yogyakarta. Sebut saja kala itu ada Hasbullah Toisuta (mantan Rektor IAIN Ambon), Fahmi Salatalohy, Rio Pellu, Memed Nahumarury, Abubakar Kabakoran, Jen Nuhuyanan dan Eka Dahlan Uar. Ada pula Prof Agus Kastanya, Prof Yapi Watloly, Glen Engko, Boby Leleimen, Yance Rumahuru (kini Rektor IAKN Ambon), Poli Koritelu, Poly Usmany, Roy Sitaniapessy, Richard Jambormias (Alm), Anthony Sopaheluwakan, Harvey Lembiombir, Nona Risakotta-Adeny, Berney Adeney-Risakotta, Irene Sohilait, dan banyak lagi. Dari forum diskusi dan kemunikasi itu kami menerbitkan buku kumpulan tulisan berjudul NASIONALISME KAUM PINGGIRAN. Dari Maluku Untuk Indonesia (Penerbit LKiS Yogyakarta). Kami juga bekerja bersama untuk kegiatan menghadirkan sejumlah raja dari Maluku berjumpa dengan Sultan Hamengkubuwono X di Keraton Yogyakarta dalam semangat rekonsiliasi berbasis budaya dan kearifan lokal.

BACA JUGA :  Perpanjang MOU, BPJS Kesehatan Dan Kajari Ambon Komitmen Kawal Program JKN

Selesai studi dari Yogyakarta, jalinan kerjasama lintas iman terus dirajut dan dikembangkan. Ia terlibat dalam Lembaga Antar Iman Maluku (LAIM) dan bersinergi dengan lembaga agama dan para aktivis pemuda-mahasiswa terus merajut kerja-kerja kemanusiaan. Bersama Bang Abidin kami menjadi Tim Penulis Pidato Gubernur Maluku sejak Gubernur Said Assagaf. Pesan-pesan lintas iman dan perdamaian kami sisipkan dalam pidato-pidato itu dalam rangka mempertegas spirit Orang Basudara dalam persaudaraan sejati yang otentik. Ia merupakan aktivis senior HMI, PMII, pengurus Nahdatul Ulama Maluku, pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku dan berbagai peran sosial lainnya.

Dr Abidin Wakanno tidak asing lagi bagi publik Maluku, termasuk umat Kristen. Ia selalu hadir dalam berbagai forum dengan karakternya yang sederhana dan rendah hati. Ia konsisten dan persisten menyuarakan semangat Salam-Serani yang mesti terus kompak membangun Maluku pasca konflik serta semangat kebangsaan. Ia meneruskan api semangat gurunya, Prof Saleh Putuhena (alm.) seorang intelektual Maluku yang sangat setia dalam merawat persaudaraan orang Basudara kala beliau mengabdi sebagai Guru Besar bahkan Rektor IAIN Alauddin Makassar. Boleh dikatakan Bang Abid adalah “anak rohani” Prof Saleh Putuhena, selain tentu saja Cak Nur (Nurcholish Madjid) dan Th Sumartana. Sebuah proses regenerasi yang terus dijaga dan dirawat di tengah tantangan fanatisme sempit, radikalisme dan ekstrimisme agama. Dalam merajut kebersamaan lintas iman yang inklusif, ia kerap merujuk kalimat bijak Cak Nur ini; “pertalian sejati kebinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban” (genuine engagement of diversities within bonds of civility).

Putera Negeri Latu Kabupaten Seram Bagian Barat yang beristrikan seorang perempuan Batak, Masita Sari Siregar, yang juga mengajar pada program doktoral Agama dan Kebangsaan UKIM Ambon yang diketuai Prof John Ruhulessin, (Kamis, 19/12/2024) dilantik oleh Menteri Agama RI Prof Nazaruddin Umar, sebagai Rektor IAIN Ambon. Proficiat Bang Abid. Kami sangat bangga dan bersyukur. Tetaplah menjadi pribadi yang selama ini kami kenal. Rendah hati, sederhana dan konsisten berjuang bersama orang kecil dan marginal. Doa kami untuk amanah yang dipercayakan sebagai Rektor IAIN Ambon periode 2024-2028.

BACA JUGA :  Pelni Siapkan 68 Kapal Dengan 66 Ribu Kursi Penumpang Ungkutan Natal-Tahun Baru

Kepercayaan ini telah melengkapi daftar Provokator Damai yang diberi mandat menjadi pemimpin lembaga keagamaan, sebagaimana rekan seperjuangannya, Pendeta Jacky Manuputty yang kini dipercayakan sebagai Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). Kedua provokator damai asal tanah Maluku ini akan terus mengobarkan api semangat persaudaraan lintas iman, toleransi, dan perdamaian sejati demi kemaslahatan bersama baik di Maluku, Indonesia dan dunia. Teriring doa selalu. (RR)

**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow

No More Posts Available.

No more pages to load.