Prof Wardis Girsang: Perlu Percepatan Pengentasan Kemiskinan Berbasis Gugus Pulau

oleh
oleh
Prof Wardis Girsang. FOTO : Dok. Pribadi

TERASMALUKU.COM,-AMBON-Tiga puluh tahun lalu, ilmuan sosial cum perencana pembangunan Robert Chambers telah mengingatkan pentingnya pendekatan pembangunan berbasis perdesaan. “Putting the Last First”, utamakan yang terakhir/terbelakang. Bukunya Rural Development. Putting the Last First terbit pertama kali tahun 1983 dan diterbitkan ulang 30 tahun kemudian oleh penerbit Routledge (2013). Tesis Chambers ini diseriusi oleh ilmuan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Wardis Girsang.

Menurut Girsang yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Manajemen Sistem Pedesaan, Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Unpatti, Selasa (14/1/2025) gagasan Chambers masih relevan hingga kini.

Fakta tingkat kemiskinan yang masih tinggi dan lambatnya pembangunan di daerah-daerah perdesaan merupakan fakta empiris miris yang perlu langkah percepatan untuk mengatasinya dengan sangat serius berbasis pendekatan gugus pulau.

Girsang belajar dari masyarakat desa. Ia tidak melihat masyarakat desa sebagai objek, melainkan subjek belajar bersama. “Jangan pikir orang desa tidak punya pengetahuan. Justru kita harus belajar dari kearifan-kearifan lokal yang mereka miliki,” ungkap ayah dua anak ini.

Ia sangat mengapresiasi sistem “Dusung” di Maluku sebagai salah satu pola manajemen sistem yang cerdas. Saya memilih judul ini pidato guru besar yakni “PERCEPATAN PENGENTASAN KEMISKINAN BERBASIS GUGUS PULAU DI PROVINSI MALUKU” karena provinsi ini masih bergelut dengan masalah kemiskinan selama 3-4 dekade terakhir. Sejak tahun 1990, saya banyak belajar dari petani dan nelayan dengan model agroforestry sistem dusung yang mengintegrasikan hutan dan pesisir/laut, yang berkata: Forest is the mother of the sea, let us eat what we grow and let us grow what we eat; Darat dan laut adalah satu, mari kita makan apa yang kita tanam dan tanam apa yang kita makan. Potensi sumberdaya alam, darat dan laut, dikelola berkelanjutan dengan kearifan lokal dan modal sosial yang kuat,” katanya.

BACA JUGA :  Modus Empat Tersangka Korupsi Lahan Negeri Tawiri Untuk Pangkalan Utama TNI AL di Ambon

Lebih lanjut staf ahli Balitbang Sinode GPM ini menyatakan ia belajar bersama berbagai pribadi dan lembaga. Ia terus belajar dan belajar. “Life is a long journey” tulisnya di naskah orasi setebal hampir 80 halaman itu.

Lebih lanjut dalam kerendahan hati epistemologis ia menulis: “Saya juga banyak belajar dari petani di desa-desa transmigrasi dengan model integrated livestock farming systems, dimana padi sawah terintegrasi dengan hortikultura dan ternak sapi. Selain itu, saya memperoleh kesempatan mempelajari Gugus Pulau bersama tim peneliti Unpatti dan Tim Bappeda Provinsi Maluku yang melibatkan penggagasnya yaitu Dr Saleh Latuconsina,” ungkapnya.

Prof Wardis Girsang lahir di Bandar Raya Simalungun, 24 Oktober 1963. Beristrikan Dr Adelina Siregar, M.Sc. dianugerahi dua orang anak, Jane Natasha Girsang, SE dan Daniel Girsang yang sedang studi di Universitas Indonesia (UI). Studi S1 diselesaikan di Fakultas Pertanian IPB, S2 di IPB dan S3 di The University of Queensland Australian. Sejak tahun 1990 mengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Pattimura.

Selain mengajar dan meneliti dalam skala lokal, nasional dan internasional, Prof Girsang terlibat aktif dalam pelayanan gereja. Ia menjadi Penatua, Majelis Jemaat GPM Wayame selama dua periode 2015-2025 dan 2020-2025. Ia juga merupakan anggota Majelis Pekerja Klasis GPM Pulau Ambon Utara dan Staf Ahli Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG) Sinode Gereja Protestan Maluku.

“Saya harus mengakui bahwa saya bisa berdiri disini bukan karena kuatku, tetapi hanya karena berkat dan kasih karunia Allah yang aku kenal didalam Yesus Kristus dan yang kulayani semampuku selagi aku masih diberi waktu. Life is a long journey,” ungkap putra terbaik Simalungun Sumatera Utara yang lama bermukim di Ambon ini.

BACA JUGA :  Nahkoda Long Boat Pengangkut Rombongan Jamaah Calon Haji Diperiksa Polres Buru

“Perjalanan hidupku ini hanya sebuah anugerah, kesempatan ini adalah sebuah momentum yang tidak terlupakan yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidupku. Seperti janjiNya, Dia bertindak pada waktuNya yang tepat. Betul, dengan berpeluh barulah dapat hasil. Namun kerja kerasku dan berpeluah nilainya kurang dari 1%, sisanya 99% hanya karena anugerahNya. Oleh sebab itu, kalaupun saya dapat berdiri di sini hari ini menerima Anugrah pengukuhan Guru Besar dihadapan Sidang Senat Universitas Pattimura yang terhormat dan mulia, itu bukan usaha saya yang sebagai seorang hamba, tetapi karena karunia dan belas kasihanNya. Maka biarlah semua kehormatan ini untuk kemuliaan nama Tuhan,” tulisnya dengan hati yang penuh syukur.

Proficiat Prof Dr Ir Wardis Girsang, M.Si. Teruslah bertumbuh dan berbuah demi kemuliaan Tuhan dan kebahagiaan semesta. (Kontributor Terasmaluku: Rudy Rahabeat).

**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow

No More Posts Available.

No more pages to load.