Waspada Rabies (Bagian I): Dari Luka Menuju Kematian

oleh
oleh
Petugas puskeswan Hewan Kota Ambon melakukan vaksin kepada hewan peliharaan masyarakat. ANTARA/ Ho- Keswan Kota Ambon. (Rabies)

Rabies adalah penyakit yang selalu berujung pada kematian jika gejalanya sudah muncul. Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang masuk melalui luka gigitan atau cakaran hewan terinfeksi, umumnya anjing. Mengenal bagaimana virus ini menyebar dalam tubuh bisa membantu kita memahami mengapa pencegahan sangat penting.

Dari Luka ke Sel Otot

Virus rabies berbentuk seperti amplop dan terdiri dari materi genetic ribonucleic acid (RNA), lipid, karbohidrat, dan protein (N, P, M, G, dan L). Amplop atau selubung lemak yang adalah bagian terluar virus mudah dinonaktifkan oleh detergen atau bahan antiseptik. Seperti virus pada umumnya, virus rabies membutuhkan inang untuk bertahan hidup dan luka adalah pintu masuk virus. Virus berpindah dari air liur hewan terinfeksi ke jaringan otot dekat area luka.

Di dalam otot, virus menempel pada reseptor saraf yang seharusnya menerima sinyal dari zat kimia tubuh. Virus menggunakan protein G-nya untuk menyamar seperti zat alami (asetilkolin), kemudian masuk ke dalam sel otot menggunakan cara yang mirip pencuri memakai kunci palsu. Setelah masuk ke dalam sel, virus mulai memperbanyak diri secara terbatas. Di tahap ini, sistem kekebalan tubuh belum mendeteksi adanya ancaman besar. Virus mempersiapkan diri untuk berpindah ke jaringan saraf dengan jumlah yang memadai.

Menjalar ke Sistem Saraf

Virus rabies sangat menyukai sel saraf (neurotropik). Ia menggunakan berbagai reseptor atau “pintu masuk” khusus di permukaan sel saraf untuk menyebar, kemudian bergerak ke akar dorsal saraf tulang belakang (dorsal root ganglion atau DRG). Tempat ini menjadi markas sementara virus untuk menyebar perlahan tanpa memicu reaksi besar dari sistem kekebalan tubuh.

Virus kemudian memanfaatkan sistem transportasi alami dalam tubuh yang biasa digunakan untuk membawa molekul dari ujung saraf ke pusatnya. Ia menumpang di atas struktur seperti rel (mikrotubulus) dan digerakkan oleh protein khusus layaknya kendaraan (dynein dan kinesin). Virus bahkan bisa mempercepat perjalanan ini (0,12-0,24 cm/hari) dengan mengaktifkan enzim tertentu di dalam sel saraf.

Yang membuat rabies sangat berbahaya adalah kemampuannya untuk menyebar tanpa terdeteksi. Pada saat virus memperbanyak diri, sel saraf yang diinfeksi tidak rusak dan ia juga menghambat sistem imun agar tidak bereaksi cepat melalui protein P-nya. 

Menyerang Otak

Begitu mencapai otak, virus rabies bereplikasi secara massif di beberapa bagian penting seperti hipokampus, batang otak, dan thalamus. Protein L virus bekerja optimal pada suhu tubuh dan meningkatkan penyebaran virus sepanjang akson dengan kecepatan 20-40 cm/hari. Kerusakan secara massif ini kemudian dideteksi oleh sistem imun baik yang berada di sistem saraf pusat maupun yang masuk menembus penghalang darah-otak (brain-blood barrier atau BBB) yang kemudian menginsiasi terjadinya peradangan hebat atau ensefalitis. Sayangnya, pada titik ini respon imun muncul terlambat untuk menghentikan perkembangan virus di otak. Inflamasi parah di otak juga membuka pintu bagi virus untuk menuju kelenjar ludah (saliva), kornea, kulit, jantung, dan organ lainnya, melalui saraf eferen dan saraf otonom.

Gejala yang Muncul

Gejala rabies muncul ketika otak sudah mengalami kerusakan. Beberapa tanda yang khas termasuk:

  • Halusinasi dan perubahan kesadaran akibat gangguan di sistem limbik otak.
  • Takut air (hidrofobia) karena infeksi di batang otak menyebabkan otot tenggorokan kejang saat mencoba menelan.
  • Agresif dan gelisah karena terganggunya sistem dopamin dan serotonin.
  • Kejang dan kejang otot karena infeksi pada sumsum tulang belakang.
  • Akhirnya, kerusakan di pusat pengatur napas dan jantung menyebabkan koma dan kematian.

Aktivitas virus rabies dalam sel saraf membentuk struktur khas yang disebut Negri bodies. Struktur ini bisa dilihat melalui mikroskop dan menjadi penanda penting dalam diagnosis rabies, termasuk dalam pemeriksaan laboratorium terhadap otak anjing yang diduga terinfeksi. Pemeriksaan Negri bodies dikenal dengan nama pewarnaan seller, dan tampak struktur berwarna merah muda atau merah terang. Layanan ini disediakan oleh Lab Keswan Tipe B Ambon.

Pencegahan: Langkah Kecil yang Menyelamatkan Nyawa

Kabar baiknya, virus rabies sangat rentan di luar tubuh. Jika selubungnya rusak, virus kehilangan kemampuan untuk menginfeksi sel. Selubung lemaknya bisa dihancurkan oleh sabun, detergen, alkohol, atau yodium. Oleh karena itu, mencuci luka sesegera mungkin dengan sabun dan air mengalir selama 10–15 menit adalah langkah krusial. Setelah itu, luka bisa diberi antiseptik seperti alkohol atau yodium.

Jika luka cukup parah, segera melaporkan diri ke pusat kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan. Tenaga kesehatan akan menilai apakah perlu diberikan vaksin anti rabies (VAR) atau serum anti rabies (SAR). Jangan lupa pula untuk memastikan apakah hewan yang menggigit benar-benar terinfeksi rabies. Pengamatan hewan selama 10–14 hari atau pemeriksaan laboratorium bisa membantu menentukan keputusan medis selanjutnya. (***)

Oleh : Astri Dwyanti Tagueha, Awardee LPDP Afirmasi 2021, Mahasiswa S3, Sapienza University of Rome dan Staf Pengajar Jurusan Peternakan Universitas Pattimura

**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow

No More Posts Available.

No more pages to load.