Komitmen Pemerintah Menghubungkan Harapan di Kepulauan Maluku

oleh
Penulis: Redaksi  |  Editor: Redaksi
Kapal feri penyeberangan antarpulau di Pelabuhan Waipirit, Seram Bagian Barat menuju Ambon. (ANTARA/Winda Herman)

TERASMALUKU.COM,-AMBON-Dengan ratusan pulau yang tersebar di Maluku, akses transportasi masih menjadi tantangan besar bagi provinsi itu untuk memberikan berbagai layanan buat penduduknya.

Wilayah yang masuk kategori tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di Indonesia perlu dukungan yang kuat adanya transportasi laut yang memadai mengingat wilayahnya yang berupa pulau-pulau kecil yang dikelilingi laut.

Pada posisi seperti itulah,  BUMN Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia memainkan peran vital. ASDP Ferry Cabang Ambon mengambil peran penting dengan komitmennya menghubungkan daerah-daerah terisolasi, yang bukan hanya membawa logistik, tapi juga membawa harapan bagi masyarakat untuk hidup lebih baik.

Transportasi bukan sekadar alat mobilitas, melainkan menjadi kunci pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan.

Saat ini, ASDP Ambon mengoperasikan 11 kapal yang melayani 25 lintasan penyeberangan. Dari jumlah tersebut, enam kapal melayani trayek perintis, dan lima kapal beroperasi secara komersial.

Layanan ini mencakup rute-rute di Provinsi Maluku dan Papua Barat, menjangkau pulau-pulau kecil dan kota-kota pesisir yang vital bagi konektivitas daerah.

ASDP Ambon mengaku selalu mengoptimalkan peran dalam memperlancar mobilitas masyarakat dan distribusi logistik di wilayah yang selama ini sulit dijangkau di wilayah itu melalui layanan transpotasi laut yang andal.

Dengan upaya ini, ASDP mendukung langkah strategis pemerintah dalam membuka isolasi wilayah dan memperkuat fondasi ekonomi lokal. “Kami berusaha memastikan agar masyarakat di wilayah 3T mendapatkan layanan transportasi yang andal dan berkelanjutan,” ujar General Manager (GM) ASDP Ambon Syamsuddin Tanassy di Ambon, Kamis (21/8/2025).

Baginya, ini adalah langkah konkret dalam menciptakan peluang ekonomi baru, memperbaiki distribusi logistik, dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah-daerah terpencil.

Seluruh lintasan ini berada di kawasan Maluku dan sebagian menjangkau Papua Barat, yang secara geografis dikenal sulit dijangkau oleh transportasi darat.  “Dengan layanan penyeberangan, kami berharap dapat menciptakan konektivitas yang lebih luas, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan aksesibilitas masyarakat,” katanya.

ASDP menegaskan bahwa keberadaan armada perintis bukan sekadar menjalankan fungsi layanan transportasi, melainkan menjadi bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan dalam mengembangkan Indonesia dari pinggiran.

Perkuat UMKM di Pelosok

ASDP Ambon juga berkomitmen memperkuat distribusi produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta logistik kebutuhan pokok melalui layanan lintasan kapal feri di wilayah kepulauan itu.

 

Dipastikan kapal feri mereka mendukung pengangkutan kategori produk UMKM, terutama untuk memperkuat rantai distribusi ke wilayah terluar yang jarang dilayani kapal reguler. “Bahkan sampai ke daerah terpencil seperti Pulau Kesui di Seram Bagian Timur (SBT), kami tetap melayani,” kata Syamsuddin Tanassy.

Langkah ini diharapkan dapat memperlancar distribusi barang kebutuhan masyarakat sekaligus membuka akses pasar yang lebih luas bagi pelaku UMKM di daerah-daerah pelosok.

Penguatan distribusi logistik ini dinilai penting untuk menjaga stabilitas harga barang kebutuhan pokok di wilayah kepulauan. Dengan akses kapal feri yang lebih rutin, masyarakat di daerah terluar bisa mendapatkan bahan pangan dengan harga yang lebih terjangkau.

ASDP berencana memperluas layanan pengangkutan logistik UMKM dengan menyesuaikan kapasitas angkut kapal dan menambah frekuensi pelayaran di lintasan-lintasan yang memiliki permintaan tinggi.

Melalui komitmen ini, ASDP berharap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, mempercepat pemerataan pembangunan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah yang dilayani.

Potensi penyeberangan antarpulau kecil

Saat ini, ASDP tengah menyiapkan rencana penambahan rute penyeberangan antarpulau kecil di Maluku. Ada tiga lintasan yang potensial untuk siap melayani berdasarkan hasil survei pemerintah daerah (Pemda).

Dari tiga lintasan tersebut, yang kemungkinan besar akan segera direalisasikan adalah rute Bula, Teor, Kesui hingga ke Tual. Rute ini dinilai paling sesuai dengan kebutuhan yang diajukan oleh Pemda.

Langkah ini diambil untuk mendukung peningkatan frekuensi layanan dan memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat di wilayah tersebut.

Sementara itu, dua lintasan lainnya, yakni Negeri Lima, Kabupaten Maluku Tengah–Namrole, Kabupaten Buru Selatan dan Hitulama, Maluku Tengah–Piru, Seram Bagian Barat, masih dalam tahap penjajakan lebih lanjut untuk memastikan kelayakannya.

ASDP Ambon menargetkan satu dari tiga lintasan prioritas ini dapat direalisasikan segera. Untuk mendukung operasional, KMP Lobster yang saat ini melayani rute ke Kesui akan dioptimalkan dan diperpanjang pelayanan hingga ke Bula, SBT, Maluku.

Langkah ini sejalan dengan program pemerintah untuk mempercepat pembangunan kawasan tertinggal, terdepan, dan terluar.

ASDP Ambon memastikan seluruh rencana pengembangan rute baru ini tetap mempertimbangkan kesiapan armada, infrastruktur pelabuhan, serta kebutuhan riil masyarakat di setiap lintasan yang akan dilayani.

Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa mengaku sudah pernah melakukan pertemuan dengan pihak ASDP dalam rangka menjajaki pembukaan rute-rute baru antarpulau di Maluku sebagai salah satu komitmen untuk melakukan transformasi di provinsi itu.

Beberapa rute yang disampaikan dalam pertemuan bersama Dirut PT ASDP Indonesia sebagai langkah permulaan dalam membangun keterhubungan antardaerah.

Harapan warga

Di Kepulauan Maluku, jarak diukur bukan dengan kilometer,  tetapi dengan cuaca dan jadwal kapal. Ketika layanan pendidikan, ekonomi, bahkan kesehatan yang memadai hanya tersedia di Ibu Kota Maluku, Ambon, perjalanan menyeberangi lautan adalah sebuah keharusan.

Bagi Sulaiman, seorang petani asal Kabupaten Buru,  layanan penyeberangan antarpulau ini sangat membantu penjualan hasil taninya.

Lelaki paruh baya itu mengaku, jika tidak ada kapal penyeberangan, hasil taninya barangkali akan sering busuk dan ia tidak mendapatkan apa-apa.

“Paling tidak, dengan ASDP sudah rutin masuk, kami bisa jual lebih cepat ke pasar di Ambon dan harganya jauh lebih baik,” katanya.

Seorang mahasiswa asal Seram Bagian Timur (SBT) Udin Keliobas juga menyampaikan perasaan syukur yang serupa. Untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, Udin harus menyeberangi lautan dengan waktu tempuh 24 jam.

“Saya kuliah di Ambon, orang tua saya di SBT. Kalau tidak ada kapal penyeberangan, mungkin saya tidak punya harapan untuk berkuliah. Sekarang dengan kemudahan akses kapal feri, saya bisa pulang setiap libur semester bertemu orang tua,” ucap lelaki 20 tahun itu.

Kapal-kapal Feri ASDP yang menghubungkan pulau-pulau di Maluku dan Ambon itu membuka kesempatan bagi Udin, Sulaiman juga banyak warga lainnya untuk mengejar pendidikan hingga ekonomi yang layak tanpa hambatan jarak.

Bagi mereka, setiap perjalanan bukan sekadar menyeberangi lautan, tetapi mencapai harapan. Kapal Feri bukan sekadar alat transportasi, tetapi jembatan untuk menunaikan gerak kehidupan.

Oleh Winda Herman/Antara
Editor : Sapto Heru Purnomojoyo

**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow

No More Posts Available.

No more pages to load.