Seminar Nasional Siapkan Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0

oleh
Seminar Nasional Pendidikan Kebahasaan dan Kesastraan Indonesia Prodi PBSI FKIP. Universitas Pattimura Ambon (29/7).

TERASMALUKU.COM,A MBON – Seminar Nasional Pendidikan Kebahasaan dan Kesastraan  Indonesia yang digelar Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Pattimura Ambon. Semnas tersebut menjadi langkah awal menyiapkan kecakapan tenaga pendidik guru, dosen pun calon guru di era revolusi industri 4.0.

Kegiatan itu juga untuk pengembangan kurikulum program studi berbasis revolusi industri 4.0. degna begitu akan lahir calon guru yang unggul dan mampu bersaing.

Bertempat di Aula Rektorat Universitas Pattimura Ambon, para peserta dibekali dengan pemahaman tentang eksistensi bahasa dan sastra yang tidak bisa dipandang sebatas lisan dan tulisan. Bahwa keduanya justru bisa kawin dengan teknologi mutakhir saat ini.

Para pembicara yang hadir Dr. M. Romadi, M.Hum dosen PR Universitas Sebelas Marit Surakarta, Prof. Dr. Th. Frans, M.Pd dan Roymon Lemosol, S.Pd.

Falantino Eryk Latupapua, Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mengatakan jika sastra dan Bahasa hanya sebatas pada pembelajaran tekstual.

“Selama ini masih terbatas pada lisan dan tulisan. Tantangan industri 4.0 bisa dikembangkan dengan teknologi modern,” jelasnya di sela-sela seminar pagi tadi (29/7/2019).

Bahasa dan sastra, kata dia, dapat diintegrasikan dengan teknologi terbaru. Kemampuan di bidang tersebut menjadi bentukan untuk menciptakan kecerdasan robot. Dia menyontoh robot bagi lansia di Jepang.

Produsen juga menanam software ilmu bahasa untuk akselerasi robot ciptaannya. “Ini bisa membuka wawasan peserta tentang apa itu bahasa dan sastra pada era industri 4.0,” tuturnya.

Seminar tersebut juga menghadirkan pengajar sekaligus penyair, Roymon Lemosol. Dari sudut pandangnya bahasa dan sastra punya peran luas. Dia menjelaskan selain dapat digabungkan dengan teknologi juga bisa menjadi karya yang menjanjikan.

BACA JUGA :  Reuni SMP Negeri 1 Piru, Febry Calvin Tetelepta Bernostalgia Dengan Guru dan Teman Sekolahnya

“Itu bisa dijual. Kalian pasti akan jadi guru, tapi harus berkarya lebih. Saya mengajar tapi juga nulis sebagai penyair,” ungkap guru SMA Negeri 4 Ambon.

Adaptasi pada revolusi industri masa kini, dapat dilakukan dengan perluasan peran Bahasa dan sastra. Salah satu yang jadi keprihatinan Roymon yaitu media massa di Ambon sudah tidak lagi memuat karya sastra, macam puisi atau cerita pendek. Padahal selain pendapatan yang menjanjikan, karya sastra punya kekuatan perubahan yang besar.

Seperti puisi-puisi yang lahir  pembukaan hutan oleh pabrik tebu di Aru mampu dihentikan. “Kami berjuang untuk itu lewat karya-karya sastra. Dan berhasil. Punya kekuatan perubahan yang nyata,” lanjut pria yang karyanya telah mengisi berbagai media massa nasional.

Salah satu yang ditekankan dalam materi seminar yakni membuka kembali ruang pada media masa bagi karya sastra. Peluang itu dapat dimanfaatkan tidak hanya oleh penyair sebagai salah satu income.

Dalam seminar itu dia berharap dosen, guru calon, pun penyair juga mampu berselancar dengan kecakapan di bidang bahasa dan sastra. Memanfaatkan teknologi untuk hasilkan metode ajar baru juga hidup dari karya-karya tersebut. (PRISKA BIRAHY) 

No More Posts Available.

No more pages to load.