Kepada Pasien Kanker, Jangan Abaikan Pengobatan Psikis  

oleh
Jangan abaikan pengobatan psikis bagi pasien kanker

 

Mendapati diri terdiagnosa kanker merupakan hal yang berat bagi seseorang. Ini tidak hanya berdampak pada fisik semata, tapi juga secara psikis. Pasien cenderung memperhatikan bagaimana mengobati, tapi melupakan kesehatan psikis.

Hidup berdampingan dengan kanker bukan sekadar pengobatan secara fisik semata. Fisik dan psikis merupakan dua hal yang harus diperhatikan. Hal ini diungkapkan dokter spesialis radiasi onkologi Adi Husada Cancer Center, dr. Bambang Widjanarko Sp.Rad (K) Onk.Rad, “Selain pengobatan fisik, pasien kanker juga membutuhkan support. Baik itu dari keluarga dan juga orang terdekat,”

Selaras dengan dr. Bambang, menurut dokter kejiwaan RS Adi Husada, dr. Ignatius Darmawan B, SpKJ (K), bahwa mengobati unsur psikis pada pasien kanker bahkan tidak hanya untuk pasien saja, tapi juga keluarga dan para pendamping orang sakit atau care giver.

“Terapi secara kejiwaan sangat dibutuhkan pasien kanker dan juga orang disekitarnya seperti keluarga.” kata dokter asli Malang ini. Ada berupa psikoterapi berupa penjaminan sakitnya bisa disembuhkan. Selain itu ada pula pemberian obat-obatan, seperti obat penenang dan obat anti depresan.

Dijelaskan lebih lanjut oleh dr. Darmawan bahwa ada lima fase emosional yang terdapat pada penyandang kanker, antara lain fase penyangkalan. “Dalam fase ini, timbul adanya rasa menyangkal pada diri pasien. Seperti ketidak percayaan. Kok bisa ya aku yang kena penyakit ini? Kenapa tidak orang lain?,” ucapnya.

Fase kedua, anger atau kemarahan. Pasien yang terdiagnosa kanker tentu tingkat emosionalnya lebih tinggi, dimana pasien terbukti lebih cepat marah. Fase berikutnya yakni bargaining atau tawar menawar.

“Bisakah aku berobat disini? Manakah pengobatan yang terbaik untukku? Fase dimana pasien sedang memilih mana pengobatan yang terbaik yang harus ia jalani,” terangnya. Selanjutnya, fase depresi. Pada fase ini, tidak hanya pasien yang merasakan, tapi juga keluarga dan orang sekitarnya yang berhubungan langsung dengan pasien.

BACA JUGA :  Kota Tidore Terima Penghargaan Kota Layak Anak dari KemenPPPA

Pada keluarga, mereka akan depresi karena biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, baik untuk obat, kemoterapi dan radiasi. Sedangkan depresi pada pasien, seperti menerima akibat dari segala pengobatan yang ia jalani. Fase terakhir yakni acceptance atau pasrah. Pasien dan keluarga sebagai pendamping sudah pasrah menerima penyakitnya.

Menurut dokter yang sudah 40 tahun tinggal di Surabaya ini, adanya supporting grup atau grup sesama penderita sangat membantu dalam mengobati psikis pasien. “Didalam support grup, mereka bisa saling sharing atau berbagi baik itu pengalaman, ataupun saling memberi dukungan dalam perjuangan untuk sembuh,” ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakan, psikis pasien kanker bisa terobati dengan adanya dukungan dari pihak keluarga dan orang terdekatnya. Keluarga tidak boleh seratus persen angkat tangan pasrah pada perawat atau caregiver. Karena dukungan cinta dari keluarga merupakan obat paling baik bagi pasien,” tegasnya.

Tidak sampai disitu, pihak keluarga juga harus memperhatikan para pendamping pasien. “Emosional para care giver harus diperhatikan. Jangan sampai ia terlalu lelah, yang nantinya berpengaruh pada caranya mendampingi pasien kanker,” imbuhnya. (ADVETORIAL)

 

No More Posts Available.

No more pages to load.