SURABAYA, – Pilihan pengobatan penyakit kanker tersu berkembang. Termasuk pengobatan di luar ilmu kedokteran. Meski begitu, tetap perlu ada pembuktian secara ilmiah untuk memastikan khasiatnya.
Dokter Nina Irawati SpB(K)Onk-KL, spesialis Onkologi dari Adi Husada Cancer Center (AHCC) mengatakan, dari ilmu kedokteran sebuah pengobatan hanya boleh disampaikan apabila memang secara ilmiah sudah bisa dibuktikan.
“Semua pengobatan ada pakemnya, ada aturannya. Sebelum diakui sebagai pengobatan harus melakukan uji klinis terlebih dahulu, mulai dari tes ke binatang dulu, tes populasi sehat, tes populasi sakit, dan harus dibandingkan. Katakanlah jaket warsito harus dibandingkan dengan kemoterapi atau radiasi yang sudah terbukti,” ujar dokter bedah onkologi ini.
Setelah menjalani uji klinis tersebut, lanjut Nina, sebuah pengobatan apabila dilempar ke pasaran juga harus diketahui efek sampingnya.
“Tidak bisa kita menemukan sesuatu, lalu besoknya jadi pengobatan. Harus dilakukan uji klinis terlebih dahulu, karena yang menimbulkan efek pasti memiliki efek samping ini harus jelas,” jelas Nina.
Nina menuturkan, dirinya tidak menentang adanya metode pengobatan kanker di luar ilmu kedokteran yang berkembang. “Tapi saya lebih suka kalau dilakukan uji klinis terlebih dahulu, sebelum dilempar ke masyarakat. Agar dapat dibuktikan dan jelas manfaatnya,” ungkapnya.
Saat ditanya mengenai tetimoni beberapa orang yang mengaku merasa lebih baik dengan pengobatan tersebut. Menurut Nina, itu hanya sebuah subektivitas dari seorang pasien belaka.
Pasalnya, ujar Nina, setiap pengobatan kanker antara pasien satu dengan lainnya tidak sama. Harus dilihat dulu ini kanker apa, stadium berapa, letaknya dimana, ini tipe kanker seperti apa yang bergantung dengan hormon atau tidak.
“Pengobatan di luar ilmu kedokteran tidak melihat itu semua, karena mereka tidak punya potologi untuk membaca hal tersebut pada pasien kanker,” sambungnya.
Menurut Nina, masyarakat saat ini lebih bijaksana dalam menilai semua informasi khususnya di bidang kedokteran.
“Sudah saatnya masyarakat tidak hanya percaya pada tulisan di Whatsapp saja. Tapi coba googling sendiri cari informasi lebih detail dan tanyakan pada dokter kalau memang dirasa informasi itu masih membingungkan,” pungkasnya.(ADV)