TERASMALUKU.COM,AMBON, – Pihak BKSDA Maluku tengah menjajaki jalur-jalur penyelamatan tanaman satwa liar (TSL) di Maluku. Salah satunya kerjasama dengan TNI/POLRI. Dalam beberapa kasus masyarakat kerap burung paruh bengkok kepada pihak bertugas di daerah.
Itu menjadi jalur ‘aman’ satwa endemis Maluku terbang ke Pulau Sulawesi, Jawa dan pulau lain. Transaksi jual beli hewan di beberapa daerah perbatasan di Maluku memang bukan barang baru dan terang. Pihak BKSDA dalam kesempatan saat pertemuan bersama Burung Indonesia pun mengakui praktik tersebut.
Strategi jitu secara hirarkis pun telah ditempuh untuk memangkas kepakan sayap TSL ini keluar dari Maluku. “Dibeberapa daerah memang sudah ada kerja sama dengan pihak TNI/Polri dalam mendukung proses pengamanan peredaran TSL khususnya jenis burung yang dilindungi,” aku BKSDA Maluku Seto Semar kepada Terasmaluku.com.
Selain karena lokasi, tradis atau kebiasaan memelihara brung sebagai sebuah kebanggaan dan status sosial menjadikan jenis burung paruh bengkok paling laris manis. Harga-harga selangit pun menggiurkan para pemburu.
Menurut Seto, di bawah komando Pangdam XVI Pattimura, Doni Munardo pada 2017 BKSDA mendapat dukungan larangan bagi anggota membawa TSL dilindungi. Meski begitu, praktik serupa masih ada. Mungkin tidak seterang dulu, sebab masyarakat sudah mulai melek akan pentingnya menjaga TSL ini tetap ada di Maluku.
“Memang saat ini sudah ada edaran dari palinglima TNI dan Kaporli terkait TSL, cuman sosialisasi di tingkat tapaknya yang belum berjalan optimal,” keluhnya. Celah-celah kecil toh masih ada.
Seto optimis intevensi dari bawah perlu digencarkan. Setidaknya agar ada kesadaran dari orang asli Maluku. seperti kegiatan sosialisasi dan edukasi rutin. Seminar di kampus, pertemuan dengan stakeholder dan lain sebagainya. Pada tiap kesempatan, wacana tersebut terus disinggung.(PRISKA BIRAHY)