Refleksi 71 Tahun Kemerdekaan, Kami Juga Pemilik Sah Republik Ini.

oleh
oleh
Nursamsi Oat

Keistimewaan bulan bersejarah selalu terlihat dipancaran raut rakyat Indonesia. Hal ini nampak nyata ketika memasuki pintu gerbang bulan Agustus.  Yang miskin nyatakan cinta dan kebanggaan pada negeri sembari tersenyum membayangkan janji pertama Republik 71 Tahun silam, “Melindungi segenap bangsa Indonesia”. Keseharian hidup kita memanglah sulit, tanpa tabungan di bank namun tabungan cinta kita pada Republik ini sungguh luar biasa. “Kita mencintai Republik ini tanpa syarat, sebab kita memaknai kemerdekaan ini diongkosi dengan perjuangan keras dan kita menyadari disetiap hembusan napas kita ada tanda pahala para pejuang”.

Salam kemerdekaan kita ucapkan penuh gelora, seakan batin turut merasakan puncak kebahagiaan dikala itu, dikala hasil para pejuang terbayarkan. Di ujung bambu itu, Tangan kita mengibarkan sang pusaka seakan mengirim pesan keseluruh penjuru “Kami juga pemilik sah republik ini”.

Hari ini Indonesia memasuki usia 71 Tahun kemerdekaan. Dari lubuk hati kita bangga melihat semangat perayaan menyongsong hari bersejarah hingga puncak perayaannya, karena perayaan Kemerdekaan perlu diekspresikan lebih fundamental, sebab dengan inilah kita rakyat terus diingatkan kembali bagaimana kejadian dan proses terjadinya kemerdekaan sehingga lukisan sejarah yang tertanam didalam benak takan mungkin terlupakan.

Kita tak memaknai bentuk – bentuk kegiatan perayaan momentum ini sebagai sebuah ceremonial ataupun euforia, namun perlombaan khas tradisional disetiap 17 Agustus ini memiliki makna tersendiri. Salah satunya melindungi generasi mudah dari pengaruhnya budaya asing karena pada merekalah pejuang Republik ini menitipkan cita-cita proklamasi untuk terus dilanjutkan. Perubahan yang diiringi perkembangan zaman semakin meningkatkan harapan kita anak negeri.

Kita memahami pemimpin bukanlah Tuhan yang tak mungkin seluruh permasalahan direpublik ini kita tumpahkan kepundaknya, namun pada pemimpinlah suasana republik ini ditentukan, pemimpinlah sumber energi, nuansa dan aurora direpublik ini. Kita butuh pemimpin yang mampu merawat kemerdekaan, kita butuh pemimpin yang mengadopsi semangat juang para pejuang kemerdekaan,mereka yang berintegritas membuat mereka menjadi pemberani, tak gentar mengambil kebijakan yang pro terhadap kesejahteraan rakyat, kita tak butuh pemimpin yang mengedepankan pencitraan semata, yang bekerja dalam visi namun tak diwujudnyatakan dalam proses kepemimpinannya.

BACA JUGA :  Merayakan Politik Baku Sayang Oleh : Pdt. Hariman A. Pattianakotta (Kandidat Doktor Teologi STFT Jakarta)

Mengutip apa yang disampaikan Warren Bennis “Kepemimpinan ialah kapasitas untuk menterjemahkan visi ke dalam realitas”. Bukan hanya sekedar berjanji, karena berjanji maka ada kesanggupan untuk berbuat.   “Pemimpin yang tak memaknai makna pengabdian, pemimpin yang menyembah jabatannya sebagai lahan bisnis menuju kesuksesan serta kesejahteraan individu dan keluarganya.

Dibalik istana mewah yang kalian tempati, dibalik anggaran yang kalian gunakan untuk mengelilingi republik ini, dibalik jutaan rupiah yang wajib kalian terima setiap bulannya, sesungguhnya ada hak kami didalamnya, namun biarlah toh itulah bentuk pengkhianatan kalian terhadap para pejuang Republik ini”.

Walaupun realitas kekinian, para penguasa republik ini sukses membangun kekesalan kolektif serta menanam bibit pesimisme yang kian subur disanubari kita, “Ibarat diberi makan sehari hari dengan wacana namun karena tak kunjung dibuktikan kita tak pernah merasa kenyang”. Bagaimanapun kegalauan kami terhadap pemimpin masa kini, semangat serta kecintaan kami untuk republik ini tak tergoyahkan, karena jasa para pejuanglah, kehidupan tetap kita jalani tanpa mengharapkan uluran tangan para pemimpin, kita masih tetap bangun sebelum pagi, berjuang ditengah kepulan polusi pekat, menyelempit mencari peluang guna menemukan masa depan, bukan untuk kita tapi untuk dinikmati generasi kita.    Dirgahayu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Ke – 71, jayalah Indonesia. Rakyat sekahtera janji Republik terlunasi. MERDEKA. (Oleh : Nursamsi Oat, S.Pd)

No More Posts Available.

No more pages to load.