Kisah Haru Anak SMR di Kupang Usai Dua Bulan Berpisah Dengan Orang Tua

oleh
Penulis: Redaksi  |  Editor: Redaksi
Kapolda NTT Irjen Pol Rudi Darmoko saat mempertemukan dua anak SMR yang sudah lama tak bertemu orang tuanya pada Kamis (4/9/2025) pekan lalu. ANTARA/Kornelis Kaha

KUPANG-Tangis haru dan pelukan penuh kehangatan mewarnai suasana Sekolah Menengah Rakyat (SMR) 19 Naibonat, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada Kamis (4/9/2025) pekan lalu.

Dua siswa sekolah itu, Sifra Tafrain dan Rorista Ayel Babis, akhirnya bisa bertemu kembali dengan orang tua mereka setelah hampir dua bulan berpisah.

Pertemuan yang tak diduga-duga itu terjadi berkat kepedulian Kepolisian Daerah atau Papolda Nusa Tenggara Timur yang dipimpin oleh Irjen Pol Dr. Rudi Darmoko.

Dalam kunjungan sosial ke sekolah tersebut, pemimpin Polda memberikan kejutan istimewa dengan menghadirkan orang tua kedua siswa di tengah kegiatan.

Suasana pun berubah menjadi momen penuh emosi yang tidak hanya dirasakan keluarga, tetapi juga guru, para siswa di sekolah itu, dan jajaran kepolisian yang hadir.

“Berapa lama kalian tidak bertemu? Coba lihat kembali ke belakang, siapa yang datang,” ujar Rudi Darmoko, sambil tersenyum hangat, sebelum dua sosok orang tua siswa masuk ke ruangan.

Seketika Sifra dan Rorista menoleh, lalu berlari memeluk orang tua mereka dengan linangan air mata. Di hadapan seluruh hadirin, orang tua kedua siswa dipersilakan untuk memeluk dan berbincang sejenak.

Ssemua terlihat bahagia menyaksikan kedua siswa itu bahagia berjumpa dengan orang tuanya. Diharapkan, pertemuan itu menjadi motivasi bagi mereka untuk terus belajar dan meraih cita-cita.

Momen itu menjadi simbol penting betapa kasih sayang keluarga tetap menjadi kekuatan utama dalam perjalanan hidup seorang anak. Tangis bahagia tidak hanya keluar dari mata Sifra dan Rorista, tetapi juga dari para guru dan siswa lain yang menyaksikan.

Dengan nada bergetar, Sifra mengaku senang bisa sekolah di lembaga yang digagas oleh pemerintah untuk memberi kesempatan kepada anak-anak dari keluarga tidak mampu dapat mengenyam pendidikan secara gratis. Sifra mengaku di sekolah itu bisa merasakan makanan yang enak, memiliki banyak teman baru yang baik, juga orang tua asuh yang peduli. Tidak lupa, ia menyampaikan ucapan terima kasih atas perhatian dan kehadiran negara untuk rakyatnya, lewat sekolah tersebut.

Kehidupan Sifra Tafrain sarat dengan cerita perjuangan. Ia berasal dari keluarga sederhana. Kedua orang tuanya, Maskri Tafrain dan Tapui Aksamina Lobang, adalah penyandang tunanetra.

Meski keterbatasan fisik membuat mereka sulit bekerja, pasangan ini berusaha bertahan hidup dengan menjadi tukang pijat. Penghasilan mereka hanya sekitar Rp1 juta per bulan.

Dengan jumlah itu, mereka harus menghidupi lima anggota keluarga, sekaligus membiayai pendidikan anak-anak. Bagi keluarga seperti ini, setiap rupiah begitu berarti.

Meskipun demikian, semangat mereka untuk memberikan pendidikan terbaik pada anak-anaknya tidak pernah padam. Dengan mata berkaca-kaca, Tapui mengaku harapannya agar Sifra dapat mengenyam pendidikan lebih tinggi mulai menemukan jalan. Ia yakin bahwa lewat pendidikan, seorang anak bisa keluar dari hidup miskin.

Tidak kalah mengharukan, kisah Rorista Ayel Babis juga menggambarkan betapa pendidikan membutuhkan pengorbanan besar.

Orang tuanya, Yefri Babis dan Santi Lole, hidup dari hasil bertani di desa. Penghasilan mereka, kalau dirata-rata hanya sekitar Rp200 ribu per bulan, jauh dari cukup untuk menghidupi lima orang dalam keluarga.

Keterbatasan ekonomi itu tidak mematahkan semangat Rorista. Justru, kondisi itu menjadikannya motivasi untuk belajar giat agar kelak bisa membahagiakan orang tua.

Karena itu, ia bertekad menempuh pendidikan tinggi supaya bisa membantu orang tuanya. Ia menilai, orang tuanya bekerja keras untuk dirinya, maka dia harus membalas dengan belajar yang giat.

Kehadiran rombongan Polda NTT dan kehadiran kedua orang tua mereka menjadi kenyataan yang tidak disangka-sangka oleh kedua siswa itu.

Bagi Sifra Tafrain dan Rorista Ayel Babis, pertemuan dengan orang tua mereka adalah momen yang tidak akan terlupakan. Tangis haru bercampur bahagia menjadi pengingat bahwa keluarga tetaplah sumber kekuatan terbesar.

Tim Polda NTT tidak hanya menghadirkan orang tua kedua siswa, tetapi juga menyampaikan pesan penuh makna. Kapola NTT mengajak Sifra dan Rorista agar selalu berdoa, memiliki cita-cita yang tinggi, dan yakin bahwa Tuhan akan menolong.

Perwira tinggi berbintang dua itu mengatakan apapun cita-cita mereka, apapun keinginan mereka, doa adalah senjata kuat agar semua cita-cita itu bisa tercapai.

Pesan itu menjadi penyemangat baru, bukan hanya bagi kedua siswa, tetapi juga bagi para guru dan anak-anak lain di sekolah tersebut.

Dukung pendidikan 

Kegiatan sosial ini menegaskan bahwa Polri tidak hanya hadir untuk menjaga keamanan dan ketertiban, tetapi juga peduli pada kesejahteraan masyarakat, terutama generasi muda.

Polda NTT memandang betapa pentingnya dukungan semua pihak terhadap pendidikan sebagai investasi masa depan bangsa.Karena itu, anak-anak di SMR harus tetap merasakan kasih sayang orang tua mereka, walaupun mereka sedang berada di tempat berbeda dengan orang tuanya di rumah.

Lewat pendidikan yang merupakan program pemerintah pusat itu, para orang tua tidak pernah menyerah dalam mendukung pendidikan anak-anaknya. Saat ini, banyak jjalan untuk mengantarkan anak-anak menempuh pendidikan gratis, bahkan hingga ke perguruan tinggi.

Bagi Polri, dukungan terhadap keberlangsungan pendidikan ini menegaskan komitmen mereka untuk terus mendampingi masyarakat, tidak hanya dalam aspek keamanan, tetapi juga dalam memperkuat ikatan sosial dan pendidikan.

Guru-guru SMR 19 Naibonat mengapresiasi perhatian dari kepolisian itu. Menurut mereka, momen ini akan menjadi kenangan berharga bagi siswa. Mereka melihat sendiri bagaimana senyum dan tangis bahagia kedua anak tersebut karena bisa bertemu dengan kedua orang tuanya.

Masa depan

Bagi keluarga Sifra dan Rorista, pertemuan itu menjadi penyemangat bahwa anak-anaknya telah berada di lembaga pendidikan yang tepat untuk menjemput masa depan atau cita-cita yang lebih baik.

Kedu orang tua siswa tersebut berterima kasih kepada pemerintah yang telah memberikan fasilitas pendidikan gratis, namun tetap mengutamakan kualitas, bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.

Dengan demikian, semua anak dari strata keluarga apapun tetap memiliki optimisme untuk dapat mengenyam pendidikan setinggi-tingginya, bahkan hingga ke perguruan tinggi. Apalagi, saat ini, selain program Sekolah Rakyat, pemerintah juga banyak memberikan kesempatan untuk memperoleh beasiswa, yakni lewat Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah atau yang dulu dikenal sebagai beasiswa Bidikmisi.

Lewat program pendidikan gratis, salah satunya dengan Sekolah Rakyat, ini maka tidak ada alasan bagi semua anak muda di negeri ini untuk tidak semangat dalam menempuh pendidikan demi masa depan yang lebih baik.

Oleh Kornelis Kaha/Antara
Editor : Masuki M Astro

**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow

No More Posts Available.

No more pages to load.