TERASMALUKU.COM,-AMBON-Potensi kelautan Indonesia menjadi penyangga terbesar. Pemerintah pun membagi zonasi wilayah perikanan kedalam 11 area. Maluku kebagian tiga wilayah besar dan memiliki lebih dari dua wilayah pengelolaan Perikanan (WPP) di Indonesia dengan kontribusi 9,9 juta ton pertahun. Atau sekitar 30 persen dari jumlah ikan yang ada di 11 WPP.

WPP 715 meliputi Seram, WPP 714 Laut Banda, dan WPP 718 Laut Arafura. Masing- masing menghasilkan ratusan ribu ton pertahun dan menjadikan Maluku ada di urutan teratas sebagai penghasil ikan. Negara negara di Asia hingga Amerika menjadi langganan impor ikan.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Romelus Far Far menjelaskan hasil laut perairan Maluku kaya dan melimpah. Di WPP RI 715 potensi lautnya 631.701 ton tahun, 431.069 ton pertahun dari WPP RI 714 Laut Banda dan yang terbesar ada di WPP RI 718 Laut Arafura, jumlahnya mencapai 1.992.731 ton pertahun. Total hasil laut dari tiga WPP RI mencapai 3,05 juta ton.
Jumlah yang cukup besar namun tak sebanding dengan pengelolaan dan dampak yang dirasa warga Maluku. “Yang tercatat landing (ikan yang didaratkan) di Maluku hanya sekitar 600 ribu ton. Sayangnya masih didaratkan ke wilayah lain,” beber Romelus Far –Far saat menghadir diskusi potensi perikanan Maluku di The Natsepa Resort and Conference, Kamis (28/6/2018).
Papua, NTT serta Maluku Utara menjadi lokasi-lokasi tempat didaratkan ikan. Area perairan Maluku yang luas memungkinkan para nelayan kapal motor mendaratkan ikan ke wilayah terdekat. Salah satunya untuk menghemat biaya. Usai itu ikan langsung dikirim ke negara asal pengimpor. Sementara di Maluku, pengelolaan ikan tak sebanding dengan kekayaan laut yang dimiliki. Wajar bila muncul berbagai sentimen bahkan melalui pemberitaan media bahwa Maluku negeri yang kaya namun miskin.
Hal itu yang ingin didobrak Pemerintah Provinsi Maluku. Pengembangan perikanan secara maksimal dan berkelanjutan. “Salah satunya datangkan investor untuk pengembangan,”lanjut Romelus. Adanya campur tangan investor sekaligus mendorong terciptanya lapangan kerja dan menekan angka pengangguran.Selian itu dia menilai perlu adanya pengembangan kapal-kapal rakyat yang dipakai untuk mencari ikan. Pasalnya selama ini Maluku kekurangan kapal bertonase besar untuk mengangkut ikan dari laut.
Sementara kebanyakan hanya nelayan dari Pulau Jawa yang datang dengan kapal bertonase. Alhasil ikan ikan diangkut lalu dibawa ke Pulau Jawa. Rata-rata mereka melaut selama dua hingga tiga bulan, lalu dibawa ke Jawa dan dimasukan ke cool storage. Usai itu barulah dijual kembali ke negara destinasi ekspor. Seperti yang ada di Muara Angke. Maluku, masih membutuhkan banyak campur tangan pihak ketiga untuk melengkapi hasil tangkapan. Pihaknya berharap para investor bisa melirik hal tersebut. Seperti kapal tonase besar dan membangun cool storage yang memadai.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Bambang Pramasudi menambahkan Dobo merupakan lokasi strategis untuk membangun cool storage ikan. Sayangnya masih ada kendala domestik yang perlu perhatian Pemda setempat. “Di sana bisa bangun cool storage cuma kendalanya listrik. Itu yang susah sebab butuh daya besar dan infrastruktur memadai,” katanya. Bila semua pihak jeli dan mau bekerjasama, mungkin tak ada lagi istilah daerah kaya namun miskin. (BIR)