Selamat Idul Fitri Para Sahabatku Oleh: Rudy Rahabeat, Pendeta GPM

oleh
oleh
Rudy Rahabeat, Pendeta GPM. FOTO : DOK. TERASMALUKU.COM

IJINKAN beta turut bersyukur dan bersukacita bersama sahabat-sahabatku umat Muslim di seluruh dunia khususnya di Indonesia. Beberapa tahun terakhir ini setelah mendapat kesempatan belajar di Universitas Indonesia, beta mendapat lebih banyak sahabat Muslim dari berbagai daerah. Ada banyak kisah dan pengalaman bersama yang beta temukan dalam ziarah hidup ini.

Ada sahabat Muslim dari Bugis yang menjadi dosen di Palu. Seorang pembelajar antropologi juga seorang muslim taat. Ada sahabat asal Sulawesi Tengah yang suaminya orang Bugis. Ada juga sahabat yang orang Jawa yang menjadi mualaf. Ada juga sahabat yang belajar antropologi tapi ia kerap hadir di media sosial mirip seorang Sufi. Semua mereka adalah sahabat yang baik. Sahabat dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Beta juga punya sahabat seorang pedagang warung kopi (warkop). Hampir setiap pagi beta mampir di warungnya, minum kopi, pesan sarmento ( sarimie telor) dan bubur kadang ijo. Mang Ade asal Sumedang. Lebaran tahun ini usahanya agak sepi. Ia sudah mudik ke Sumedang berjumpa istri dan anak-anak. Beta memberinya uang transport secukupnya, tanda persahabatan dan persaudaraan. Dari Mang Ade beta belajar tentang ketekunan dan kesabaran. Tak selalu usaha kita maju dan berhasil..Kadang stagnan bahkan gagal. Tapi kita tak perlu putus asa. Selalu ada berkat tak terduga

Ada juga mbak Ratih pengusaha loundry yang selalu semangat. Walau ruang usahanya yang kecil itu selalu mengepul setrika uap tapi ia tetap semangat setrika dan mengaktifkan mesin cuci yang jumlahnya 5 biji. Ia dibantu seorang pekerja yang masih muda, yang juga tak kalah semangat.

Setiap siang beta mampir di Warteg (Warteg) Mentari. Di situ ada Bu Nani dan suaminya. Mereka cekatan menyambut setiap pelanggan yang datang. Utamanya dari kelas menengah ke bawah termasuk beta tentunya. Tanpa mereka kami pasti susah sebab uang di kantong pas-pasan sajaa.

Malam hari ada Mas Eko asli Jogja. Ia buka tenda bertuliskan Angkringan Punokawan. Setiap kali jumpa dengannya tak lupa beta bilang “piye kabare Mas” ia senyum senyum saja sambil menuangkan wedang jahe panas. Makan di angkringan melemparkan ingatan ke Jogya 19 tahun silam ketika datang ke kota itu untuk belajar rupa-rupa hal, termasuk budaya Jawa yang penuh tatakrama.

Uniknya semua orang yang disebutkan di atas semuanya beragama Islam. Mereka adalah sesama dan sahabat yang saling membutuhkan dan saling melengkapi termasuk Bu Yati, pemilik kost yang asli Sunda. Kami menjalankan apa yang dalam teori antropologi disebut sebagai pertukaran dan saling berbagi (exchange and resiprocity).

Bahwa kami saling mempertukarkan kebutuhan dan menjaga kelangsungan hidup. Jika salah satu mata rantai ada yang putus maka irama kehidupan jadi terganggu. Dalam konteks ini semua agama dapat saling menopang dan melengkapi. Tak perlu merasa lebih hebat dari yang lain. Sebab kita semua masih manusia. Dan karena demikian punya kelebihan dan kekurangan serta bikin kesalahan.

Olehnya di momen Idul Fitri ini ijinkan beta ucapkan minal aidin walfaidzin, mohon maaf lahir bathin. Selamat Idul Fitri para sahabat terkasih ! (RR)

No More Posts Available.

No more pages to load.