Tiga Catatan Dari Nolloth Titasomi Oleh : Rudy Rahabeat, Pembelajar Antropologi

oleh
oleh
Baileo Negeri Nolloth. FOTO : ISTIMEWA

PAGI itu cuaca di Pelabuhan Haria cukup cerah. Lalu lalang moda transportasi laut cukup ramai. Kami tiba dari pelabuhan Tulehu dengan speedboat kecil setelah menempuh perjalanan sekira satu jam.

Di pelabuhan kecil itu sudah menunggu Pdt Jandry Loupatty, Ketua Majelis Jemaat GPM Nolloth dan Pdt Harun Kaisala, Ketua Jemaat GKI Bait-El Bukisi Jayapura Papua. Kami langsung menuju ke negeri Nolloth di jazirah Hatawano di pulau Saparua, pulau yang menghasilkan segudang pelaku sejarah, ilmuan dan seniman. Berikut tiga catatan ringkas setelah seharian di Negeri yang dikenal dengan nama Titasomi itu.

Baca Juga : Informasi Kolom Opini Penuslis

Pertama, negeri/jemaat yang menghasilkan banyak tokoh. Siapa yang tidak kenal Alexander Jacob Patty. Dia adalah pendiri Sarekat Ambon (SA), organisasi pergerakan nasional orang-orang Ambon yang turut berkontribusi bagi sejarah nasionalisme Indonesia itu. Nama AJ Patty diabadikan pada ruas jalan utama di kota Ambon. AJ Patty berasal dari negeri Nolloth di pulau Saparua itu. Dalam konteks kekinian, nama CPF Luhulima, cendekiawan senior LIPI, Prof Mus Huliselan, mantan Rektor Unpatti Ambon yang menyelesaikan studi S3 Antropologi di Prancis, Dr John Dirk Pasalbessy, dosen senior Fakultas Hukum Unpatti, dokter Nona Huliselan, mantan Sekretaris Kota Ambon, adalah beberapa nama dari banyak cendekiawan dan tokoh publik asal Totasomi ini. Mereka merupakan inspirasi sekaligus motivasi bagi anak-anak negeri Nolloth dalam mengembangkan kapasitas dan keterlibatannya di ruang publik yang terus dinamis. Pada titik ini, sejarah selalu mengajarkan kita untuk menimbah inspirasi dan energi positif dari masa lalu dan masa kini.

Kedua, sejarah pekabar Injil. Adalah penginjil Amos Pasalbessy, putra Nolloth yang sebelum Indonesia merdeka, tepatnya di tahun 1911 telah pergi ke tanah Papua untuk mengabarkan Injil kepada saudara-saudara kita di sana. Selama 28 tahun sejak tahun 1913 ia hidup dan membangun Jemaat Bukisi di distrik Yokari Kabupaten Jayapura serta beberapa jemaat lainnya di situ. Atas dedikasi dan pengorbanannya itu, saat ini (16-21 September 2019) ada 46 warga Papua asal Bukisi yang melakukan napak tilas di Nolloth tempat kelahiran Penginjil Amos Pasalbessy.

Mereka melakukan perjalanan selama 3 hari dengan kapal Pelni, transit di Kota Ambon sebelum kemudian dengan motor laut menuju Nolloth. Mereka disambut dengan sangat meriah di tepi pantai Nolloth. “Ada tembakan kembang api, kain gandong, dan kebersamaan yang indah” ungkap Bapak Johanes dari Bukisi Papua. Hal ini merupakan sebuah fakta sejarah tentang orang-orang Nolloth yang menjadi Penginjil/Guru Jemaat yang memberitakan Injil di Tanah Papua.

Selain Penginjil Amos Pasalbessy, ada juga penginjil Matatula, yang saat ini sedang ditelusuri sejarahnya. Fakta ini sekaligus menunjukan aspek dinamis dan diaspora dari masyarakat Ambon, khususnya Nolloth dan Lease pada umumnya.

Ketiga, Nolloth Titasomi Panggel Pulang. Di samping pastori Jemaat Nolloth ada papan nama bertuliskan Panitia Nolloth Titasomi Panggel Pulang. Dalam percakapan dengan beberapa warga Nolloth disebutkan bahwa pada bulan Desember 2019 ini semua anak negeri dari berbagai penjuru nusantara bahkan penjuru dunia akan datang ke negeri Nolloth. Ini merupakan kegiatan akbar yang baru pertama kali dilakukan. Ada berbagai acara yang akan digelar.

“Salah satu yang menarik adalah acara Tutup Atap Baileo Nolloth Titasomi. Ini merupakan acara budaya yang perlu diketahui oleh anak-anak cucu Nolloth Titasomi” ungkap Penatua Patty, wakil Ketua Majelis Jemaat GPM Nolloth.

Selain itu ada Seminar Sejarah tentang Nolloth Titasomi Dulu, Sekarang dan akan datang. Pagelaran Seni Kebinekaan akan menampung berbagai ekspresi seni anak-anak negeri Nolloth yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Saya mengusulkan agar bisa dilakukan semacam pameran atau festifal yang berisikan dokumentasi terkait sejarah Nolloth, kuliner lokal, ekspresi seni dan berbagai kearifan lokal masyarakat Nolloth, seperti Dulang Tarbae, acara adat perkawinan, dan sebagainya. Momen Nolloth Titasomi Panggel Pulang dapat menjadi kesempatan emas untuk mengkonsolidasi energi positif anak negeri Noloth untuk makin bersatu dan sinergi untuk memajukan masyarakat Totasomi tersebut.

Demikian tiga catatan impresif ketika pertama kali menapak di negeri Nolloth Titasomi yang berpenduduk lebih dari tiga ribu jiwa itu. Negeri yang berbatas rapat dengan negeri Itawaka itu. Ini hanya sebuah jendela kecil untuk melihat kekayaan sejarah dan budaya penduduk Saparua yang perlu terus digali dan dikembangkan untuk kebanggaan dan kemajuan masyarakat di sana.

“Sejarah memberi banyak hikmah bagi manusia untuk terus menata hidup agar lebih baik” ungkap John Saimima, putra Siri Sori Serani di Jasirah Tenggara Saparua, dosen sejarah pada Fakultas Teologi UKIM, yang dengan istrinya Retta Saimima-Sinaga, kami bersama-sama berbagi di Negeri Nolloth Titasomi yang permai ini. Maju terus. (RR)

No More Posts Available.

No more pages to load.