TERASMALUKU.COM,AMBON, – Kelompok penenun Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Burburak dan Luisila punya rencana kembangkan usaha tenunan agar terus hidup. Dua kelompok penerima bantuan dari Kementrian Sosial RI itu bakal jadikan rumah mereka tempat menenun juga penjualan benang tekstil.
Rachel Masela, ketua KUBE Burburak mengatakan bahan baku benang diperoleh dari Surabaya. Selama ini pembelian disesuaikan dengan ketersediaan dana kelompok.
“Kalau beli dari Surabaya tapi seng banyak. atau beli di Ambon. Cuma sedikit dan mahal,” ujar Rachel saat ditemui pagi tadi di rumah sekaligus workshop-nya di Jalan Skip Tengah Kelurahan Batu Meja, Kota Ambon (1/7/2019).
Dua kelompok usaha ini pernah menerima bantuan serupa pada 2016. Jumlahnya sebanyak Rp 20.000.000. Dia menggunakannya untuk pengadaan mesin jahit dan alat tenun. Di rumahnya, anggota kelompak Burburak tidak hanya menenun. Mereka juga punya usaha konveksi dan jahitan. Jadi, peminat tenun dapat langsung menjahitkan pakaiannya di situ.
Rachel memiliki empat alat tenun yang ditemaptakan di rumah para anggota kelompok. Mereka rerata adalah ibu rumah tangga. Pengerjaan dilakukan di rumah mereka untuk mempermudah aktifitas. Sedangkan di rumahnya ada empat mesin jahit yang ditempatkan di rumahnya.
Dalam sebulan pesanan yang masuk bisa mencapai 20 hingga 200 ratus potong pakaian. Untuk memudahkan pengerjaan, kedua kelompok ini saling berbagi pekerjaan kepada para anggota kelompok.
Bantuan KUBE kedua, katanya, juga bernilai sama. “Ini bantuan ke dua. Dan katong mau pengadaan lagi. Terutama yang mau beli benang tekstil jumlah banyak dan jual di sini,” sebut pengrajin asal desa Kandar, Pulau Selaru Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Rencanannya pembelian benang dalam jumlah bal dan kilogram. Untuk penjualan mereka menerima permintaan dari pengrajin baik secara ecer maupun grosiran. Proses tersebut tidak lain untuk memutus rantai pembelian yang panjang dari Jawa ke Maluku.

Dia berpendapat, jika ada yang menjual benang dalam jumlah banyak, aneka warna, penenun usaha rumahan tidak perlu khawatir dengan keuntungan tipis.
Selain benang, dia juga akan menambah sejumlah alat dan perkakas menenun. “Mau tambah dua mesin jahit, mesin obras, neci,” jelasnya. Di rumahnya ada empat mesin jahit dan empat alat tenun. Satu unit alat tenun manual dibeli seharga Rp 2.000.000. Itu termasuk dengan alat pemintal benang.
Balandina Minanlarat, ketua KUBE Luisila juga punya harapan serupa. Mama Din, biasa dia disapa akan menambah kebutuhan benang. “Yang biasa dong jual di toko satu ikat itu Rp 3.000 tapi paleng sedikit. Katong bali banyak biar seng rugi,” jelas Mama Din.
Selain pengembangan usaha, Balandina dan anaknya Rachel juga punya misi mulai. Sebagian uang yang diperoleh nanti bakal digunakan membantu anggota kelompok yang janda atau tetangganya yang membutuhkan. Caranya dengan memberikan uang sebagai modal usaha untuk kebutuhan hidup sesehari. (PRISKA BIRAHY)