Ambon Dalam Rangkaian Harmoni HUT Ke 444 Tahun 2019 Oleh : Yamres Pakniany

oleh
oleh
Yamres Pakniany, Dosen IAKN Ambon. FOTO : DOK. PRIBADI

Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon melaksanakan serangkaian kegiatan dalam menyambut HUT ke-444 di tahun 2019. Ambon Pono deng Musik merupakan tema yang mendasari seluruh rangkaian kegiatan yang digagas oleh pemerintah kota. Ada nilai-nila positif yang dapat diperoleh dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan ini. Bagi saya, kegiatan dalam menyambut hari bae Kota Ambon perlu diapresiasi, sekalipun ada kontroversi mengenai kegiatan goyang Kaka Enda yang dilakukan.

Goyang kaka Enda merupakan salah satu jenis tarian modern yang sedang marak di seluruh penjuru Indonesia, termasuk di Kota Ambon.  Tarian kekinian ini menarik perhatian khalayak dan menjadi agenda perlombaan. Pemerintah Kota Ambon juga melakukan ini sebagai bagian dari respon terhadap perkembangan jaman now. Apakah ini salah? Bagi saya, ini bagian dari proses hidup manusia dan karena itu, tidak dapat dihindari. Goyang Kaka Enda tidak akan mereduksi cinta warga kota terhadap kearifan lokal warisan leluhur.

Pemkot Ambon juga mendesain kegiatan karnaval yang melibatkan kelurahan dan negeri di Kota Ambon. Masing-masing peserta diberikan kebebasan untuk mendesain ornament yang digunakan dalam kegiatan karnaval tersebut. Masyarakat digerahkan untuk berpikir kreatif dan inovatif. Upaya ini merupakan respons pemerintah kota terhadap perkembangan teknologi di era ini. Sebab, sudah semestinya masyarakat mengembangan potensi diri menjad masyarakat yang kreatif dan inovatif, sehingga dapat terlibat dalam arus pasar yang serba modern ini.

Sabtu, 7 September 2019 adalah puncak lahirnya kota bertajuk manis e ini. Pada acara puncak ada nada dan tari yang dibawakan oleh 3000 penyanyi yang terdiri dari siswa dan siswi SD, SMP, SMA dan pemuda-pemudi. Para peserta ini datang dari berbagi latar yang berbeda, baik secara agama dan instansi. Harmoni dalam nada dilantunkan sebagai wujud mendukung Kota Ambon menjadi Kota Musik Dunia. Ada harapan, semoga lebel kota ini didukung dengan lapangan pekerjaan yang dapat membantu para musisi dalam berkarir.

BACA JUGA :  Pemprov Maluku Gelar Pasar Murah Untuk Kendalikan Inflasi Jelang Ramadhan

Ada hal yang menarik dari pentasan nada dan tari ini. Elaborasi antara lagu-lagu Ambon dengan tarian modern dan tradisonal menambah harmoni. Ada juga kesan baik dari orang tua yang menyaksikan anak mereka bernyanyi dan menari. Mendengar lagu “Lemong Nipis” dan tarian yang dibawakan oleh anak-anak, mengingatkan para orang tua pada masa ketika mereka masih anak-anak. Sentak seorang ibu mengatakan “adoe, jadi inga dolo-dolo”.

Semoga tahun depan diusia ke 445, lagu-lagu Ambon, tarian tradisonal dan permainan tradisonal lebih ditingkatkan. Dalam rangkaian kegiatan ini, pemerintah Kota Ambon tak lupa pada Sang Pemilik Hidup. Ada doa lintas iman untuk Kota Ambon. Memohon Tuhan untuk memberkati Ambon dan semua harapan warganya menjadi penting. Sebab, tanpa Tuhan semua yang direncanakan belum tentu terlaksana dengan baik.

Lalu, apa saja nilai yang dapat diperoleh dari rangkaian kegiatan ini? Bagi saya, ada sejumlah nilai yang dapat diperoleh. Namu, nilai utama adalah harmoni dalam keragaman terbentuk. Semua identitas terhabituasi dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Cinta menjadi titik poin membangun rasa bersama. Semua perbedaan menyatu dalam asa untuk aktakan harmoni di Kota Manis e ini.

Selamat merayakan HUT Kota Ambon yang ke-444. Mari bakukeku dan bakukele par biking bae Ambon. Karena Ambon adalah rumah bersama untuk semua. (Yamres Pakniany,  Dosen IAKN Ambon)

No More Posts Available.

No more pages to load.